Lihat ke Halaman Asli

Ach Khalilurrahman

Seorang Penulis

Evaluasi Pemilu (1): Meringankan Beban KPPS

Diperbarui: 7 Maret 2024   02:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: logistik pemilu. (Foto: KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

Masih ingatkah kita dengan Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2019 lalu yang telah mengakibatkan korban jiwa berupa meninggalnya 894 anggota Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS)

Ternyata, hal serupa juga terjadi pada pemilu kali ini. Per tanggal 23 Februari kemarin, tercatat sudah ada 94 anggota KPPS yang meregang nyawa pasca memperjuangkan terlaksananya hajatan pesta demokrasi lima tahunan. Angka ini kemungkinan --semoga saja tidak- bisa saja akan bertambah beberapa hari ke depan.

Di satu sisi, kita perlu mengapresiasi langkah Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam menekan angka kematian ini yaitu dengan cara memberikan batasan usia anggota KPPS di kisaran 17-55 tahun. 

Hal ini dilakukan guna menghindari terjadinya kematian karena faktor usia dan saya rasa cara tersebut cukup efektif. Namun di sisi lain, nyawa tetaplah nyawa. 

Tak ada yang menghendaki kematian walaupun sudah pasti terjadi. KPU harus terus berupaya agar Pemilu tak lagi memakan korban di tahun-tahun berikutnya.

Beban Berat KPPS

Alasan utama dari meninggalnya anggota KPPS adalah kecapekan akibat beratnya beban kerja yang harus ditanggung guna mensukseskan gelaran Pemilihan Umum. 

Selama tiga atau empat hari tenaga dan pikiran mereka diforsir tanpa henti untuk mengerjakan tugas-tugas kepemiluan seperti mendistribusikan undangan kepada warga yang memiliki hak pilih, menyiapkan lokasi TPS berikut logistik dan perlengkapannya, hingga melaksanakan pungut hitung suara. Semua pekerjaan ini harus dilaksanakan secara maraton mengingat terbatanya waktu yang diberikan

Tidak hanya tenaga dan pikiran, KPPS juga diuji mentalitasnya ketika harus menghadapi warga yang ngeyel dengan pendapatnya sendiri. Bahkan tak jarang KPPS harus terlibat cekcok, baik adu mulut maupun fisik dengan saksi, tim sukses, warga, maupun elemen masyarakat lainnya sebab perbedaan pendapat. 

Ketika pikiran atau emosi sudah tidak stabil, ditambah stamina tubuh yang telah jauh berkurang, maka berbagai kemungkinan buruk bisa terjadi, baik itu berupa stres, sakit ringan hingga berat, dan yang paling fatal tentu saja adalah kematian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline