Lihat ke Halaman Asli

Ilmu Tanah UNEJ

Soil Biodiversity and Fertility

Pengembangan Pertanian Organik dan Diversifikasi Produk Tanaman Rami di Desa Karangrejo, Gumukmas, Jember

Diperbarui: 30 September 2022   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Karangrejo merupakan desa yang terletak di wilayah selatan Jember tepatnya di Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Secara administratif, batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mojomulyo, sebelah timur dengan Desa Grenden, Sebelah barat dengan Desa Menampu dan sebelah utara denan Desa Bagorejo.  Desa Karangrejo memiliki jumlah total penduduk sebesar 11182 jiwa yang sebagian besar bermata pencarian sebagai petani. Total luas wilayah sebesar 581 ha dengan jumlah luas sawah sebesar 281 ha dan tegalan sebesar 126 ha, maka Desa Karangrejo memiliki potensi dalam pengembangan produk-produk pertanian.

Peningkatan jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya tentunya menuntut peningkatan produksi pangan yang berkualitas untuk masyarakat. Pengembangan pertanian organik dan diversifikasi produk-produk unggulan diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan utama manusia akan pangan. Melihat kondisi yang demikian, Kelompok Riset (Keris) Pengabdian Masyarakat SBF (Soil Biodiversity and Fertility) berinisiatif dalam melaksanakan program pengembangan pertanian organik dan diversifikasi produk-produk tanaman Rami di Desa Karangrejo.

Dalam kegiatan diskusi bersama Kepala Desa Karangrejo, Ketua Kelompok Riset yaitu Bapak Dr. Ir. Sugeng Winarso, M.Si menuturkan bahwa Program pengembangan pertanian organic merupakan program implementasi dari kegiatan pengabdian masyarakat Kelompok Riset SBF (Soil Diversity and Fertility) yang memang berfokus pada penerapan pertanian organik ramah lingkungan, sehingga produk-produk yang dihasilkan oleh petani merupakan produk sehat bebas dari residu kimia dan aman dikonsumsi oleh masyarakat.

Selain pengembangan pertanian organik, eksplorasi produk-produk unggulan sebagai produk diversifikasi seperti tanaman Rami juga dicoba diintroduksi ke masyarakat. Tanaman rami sendiri temasuk dalam tanaman perkebunan yang tergolong tanaman tahunan, berbentuk rumpun, dan mudah dikembangkan didaerah beriklim tropis. Populasi tanaman rami cukup bervariasi (dapat mencapai 40.000 rumpun/ha). Pada setiap kali pemotongan atau panen, hampir 44% dari total biomassa yang dihasilkan adalah daun. Hasil analisis di Balai Penelitian Ternak, kandungan protein kasar daun rami cukup tinggi, berkisar 22-24%. Daun tanaman rami mempunyai potensi tinggi untuk berbagai keperluan karena daun bagian atas memiliki serat yang rendah, kaya protein, mineral, lisin, dan karoten. Tanaman rami dapat hidup hingga 14 tahun dan menghasilkan sebanyak 300 ton bahan segar (42 ton bahan kering) per hektar setiap tahunnya.

Kepala Desa Karangrejo, Bapak Nurul Huda, S.Ag., menyambut baik program pengabdian yang dilakukan oleh kelompok Riset SBF (Soil Biodiversity and Fertility) program studi Ilmu Tanah Universitas Jember. “kami selalu menyambut baik program-program yang diimplementasikan kelompok riset prodi ilmu tanah di desa kami, apalagi desa kami merupakan desa binaan yang tidak hanya sekali ini, pada periode sebelumnya program-program serupa seperti pelatihan pembuatan pupuk organik juga sudah dilakukan, dan memang bermanfaat. Harapannya desa kami benar-benar dapat menerapkan pertanian organic sepenuhnya sehingga tidak tergantung lagi kepada penggunaan pupuk kimia yang saat ini menjadi masalah utama petani kami”, tutur kepala desa kepada tim keris SBF.

Dalam kegiatan diversifikasi tanaman rami, kegiatan akan difokuskan pada pemanfaatan biomassa sebagai pakan ternak. Winarso menjelaskan bahwa daun tanaman rami mempunyai potensi tinggi untuk berbagai keperluan karena daun bagian atas memiliki serat yang rendah, kaya protein, mineral, lisin, dan karoten. Rata-rata produksi biomasa daun sekitar 60% dari total brangkasan sehingga mempunyai potensi besar untuk sumber pakan ternak dan dari hasil evaluasi menunjukkan cocok untuk semua jenis ternak. Jumlah atau konsentrasi nitrat dalam daun rami ini masih dalam batas aman jika digunakan sebagai pakan dan air minum ternak. Selain itu, pengolahan bahan pakan hijauan rami juga dapat diproses menjadi silase, yang dapat mengurangi kandungan nitrat sekitar 30-70%.

penanaman-tanaman-rami-tim-sbf-prodi-ilmu-tanah-unej-6336a1b9fdf1c542856baaf2.jpg

observasi-pertumbuhan-tanaman-rami-6336a086fdf1c504806c2802.png

Observasi pertumbuhan tanaman Rami oleh tim Kelompok Riset SBF (Soil Biodiversity and Fertility). Dokumentasi tim SBF

Sebelumnya tim kelompok riset SBF (Soil Biodiversity and Fertility) telah melakukan uji coba penanaman bersama tanaman Rami, dan hasilnya memang tanaman rami sangat cocok dikembangkan di Jember, jumlah biomassa yang cukup tinggi, jarang sekali terkena serangan hama dan penyakit, menjadikan tanaman ini kandidat yang baik sebagai bahan pakan ternak. Kegiatan monitoring pada petani dilakukan terus menerus dalam rangka monitoring yang harapannya petani dapat terus mendapatkan manfaat dari kegiatan pengabdian yang telah dilakukan oleh kelompok riset SBF (Soil Biodiversity and Fertility).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline