Lihat ke Halaman Asli

Terlambat

Diperbarui: 3 April 2019   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Disuatu sekolah menengah pertama ada seorang siswa yang lebih cenderung menyendiri ketimbang berbaur dengan teman-temannya. Dia dikenal dengan anak yang baik, rajin, dan selalu mengikuti tata tertib sekolah. Namun, suatu hari dia datang terlambat ke sekolah. 

Teman-teman yang ada di kelas pun heran, mengapa si siswa itu datang ke sekolah dengan terlambat ? tidak biasanya dia datang terlambat. Namun, pada suatu hari si siswa tersebut menceritakan alasannya mengapa dia datang terlambat. Ternyata, dia datang terlambat karena harus mengurus ibunya yang terbaring di rumah sakit. 

Ia arus mengantar ibunya ke rumah sakit. Namun, himpitan masalah ibunya terbaring di rumah sakit itu tidak membuat semangat si siswa tersebut pudar. Dia tetap gigih dan berusaha dalam menuntut ilmu demi cita-citanya menjadi seorang dokter. Cita-cita tersebut merupakan murni dari keinginan si siswa itu. Karena melihat kondisi ibunya yang terus menerus sakit dan berbaring di rumah sakit. 

Sisiwa itu tidak menjadi lemah dengan kondisi seperti itu. Meskipun, dia di bully oleh teman-temannya. Dan dia dilempari kertas ketika dia datang terlambat masuk kelas. Dia hanya bisa diam.

Dari dimensi itu, kita memerlukan bantuan yaitu kondisi dimana yang mendasari bantuan meliputi adanya kejelasan dari seseorang untuk mencari bantuan agar siswa itu tidak datang terlambat masuk kelas lagi. Adanya keinginan dari seseorang untuk memberikan bantuan seperti konselor memungkinkan bahwa adanya konselor si siwa tersebut dapat menjelaskan mengapa ia datang datang terlambat apa alasanya.

Keberhasilan dalam konseling sangat banyak ditentukan oleh kualitas suatu hubungan. Dari sinilah peran konselor untuk mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian terhadap klien. Keterampilan yang dimiliki seorang konselor berupa perilaku verbal maupun non verbal yang melibatkan proses konseling. Dimana ekspresi muka atau gesture merupakan wahana utama bagi konselor untuk mengetahui komunikasi emosional, yang mencerminkan sikap antar pribadi atau komentar orang lain.

Kunci dari komunikasi tubu yaitu sejumlah tekanan yang konselor rasakan dimana menunjukkan kenyamanan baik dalam setting konseling mauoun topic yang dibahas. Dalam permasalah terrsebut konselor sangat membetuhkan strategi dan intervensi dimana strategi itu meliputi rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan khusus konseling.

Ada tiga komponen utama fase strategi konseling yaitu :

(1) Penyeleksian strategi

(2) Pelaksanaan strategi

(3) Penilaian strategi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline