Lihat ke Halaman Asli

Parfum

Diperbarui: 18 Agustus 2024   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://id.pngtree.com/r

Parfum

Wangi parfum itu mengalir halus melalui indra penciumanku, menyusup pelan dalam kesunyian senja. Aromanya lembut, mendinginkan suasana hati yang letih, seolah membawa kesejukan yang menyegarkan seluruh tubuh. Setiap hembusan aroma itu merangsang otakku, menyalakan semangat baru untuk terus menghadapi kehidupan yang penuh tantangan.

Parfum itu, yang kubeli di lapak pinggir jalan dengan harga yang sangat terjangkau, memiliki kisahnya sendiri. Penjualnya seorang pria tua, sudah berusia lanjut, mengenakan baju biru pudar. Sepulang dari kantor, dengan senja yang mulai menghilang, langit berwarna merah tembaga, dan angin berhembus lembut menyapaku. Di tengah perjalanan, mataku tertuju pada lapak sepi di trotoar, hanya terdiri dari sebuah meja sederhana dengan parfum-parfum berjajar rapi di atasnya.

Pak tua itu duduk di kursi reyot, pandangannya kosong, seolah menembus lalu lalang kendaraan yang ramai di sekitarnya. Sepi dan sunyi menjadi teman setianya di tepi jalan yang hiruk-pikuk. Sebuah spanduk kecil dengan tulisan tangan yang sederhana menyebutkan harga "parfum Rp 5.000,_".

Ada sesuatu yang membuat hatiku tergerak untuk menghampirinya. Aku menghentikan sepeda motorku, lalu mendekat, memandang botol-botol parfum yang dipajang dengan begitu sederhana. Berbagai merek tertempel pada botol-botol 100 cc itu, dari yang berlabel "Malaikat Subuh," "Blue," hingga nama-nama artis terkenal seperti Raffi Ahmad.

"Boleh pak, aku coba?" tanyaku pada pak tua itu, mencoba mencari interaksi dalam kesendiriannya.

"Silakan, Pak," jawabnya lembut, wajahnya tetap sendu, tapi ada secercah harapan di balik matanya yang lelah.

Momen itu terasa begitu manusiawi, ada kesedihan yang tersembunyi di balik kesederhanaan, namun juga ada kehangatan yang muncul dari niat baik yang tak terduga.

Aku mengambil salah satu botol parfum yang menarik perhatianku, "Malaikat Subuh," dan perlahan membuka tutupnya. Aroma lembut yang sedikit manis segera menguar, memenuhi indra penciumanku. Sejenak, dunia di sekitarku terasa berhenti, seolah hanya ada aku, pak tua, dan aroma parfum yang membawa kedamaian.

Aku menyemprotkannya sedikit ke pergelangan tangan, lalu menghirupnya dalam-dalam. Parfum itu, meskipun sederhana dan murah, memiliki keharuman yang menenangkan, jauh lebih berharga daripada harganya. Wangi yang seolah-olah membawa pesan tersembunyi, bahwa kebahagiaan dan ketenangan bisa ditemukan dalam hal-hal kecil yang tidak terduga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline