Lihat ke Halaman Asli

Naik Lagi Naik Terus Kapan Turunnya?

Diperbarui: 19 September 2022   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Mulai 3 September 2022 harga BBM bersubsidi resmi akan naik dari harga sebelumnya. Harga Pertalite naik dari Rp 7.650/liter menjadi Rp 10.000/liter. Harga solar bersubsidi naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter, sedangkan harga bahan bakar pertamax yang belum dikemas naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500.

Banyak hal yang dikatakan oleh kenaikan harga BBM untuk kelas menengah dan pekerja, seperti penurunan daya beli, kenaikan harga bahan pokok, peningkatan pengangguran dan angka kemiskinan. Setelah mendengar dari beberapa pihak tentang kenaikan harga BBM, mereka menyetujui kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM karena mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka hanya orang biasa. Mereka juga membutuhkan banyak bahan bakar untuk aktivitas sehari-hari. Namun selain itu juga banyak akibat buruk akibat kenaikan harga BBM, misalnya di atas, dan masih banyak lagi.

Di bidang ekonomi, kenaikan harga BBM akan mendongkrak biaya produksi, mendukung inflasi, yang pada gilirannya berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, menurunkan upah riil dan konsumsi rumah tangga.  Oleh karena itu, ketika produsen menaikkan harga, mereka tidak menghitung  kontribusi bahan bakar terhadap biaya produksi yang mereka keluarkan untuk memproduksi barang/jasa tersebut.

Sekelompok sayuran yang mereka jual. Meski kontribusi BBM per penumpang, atau kontribusi BBM terhadap biaya sembako dan sayur mayur per ikat tidak begitu besar, diperparah dengan adanya pihak-pihak yang memanfaatkan dinamika kenaikan harga BBM dengan menaikkan harga komoditas. Jika ini dilakukan secara bersamaan oleh produsen dan pedagang  di seluruh Indonesia,  inflasi yang dihasilkan akan lebih besar dari dampak ekonomi yang seharusnya.

Keadaan ini diperparah dengan munculnya pemain yang memanfaatkan  kenaikan harga BBM untuk menaikkan harga semua bahan meski kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan tidak sebesar kenaikan biaya produksi menaikkan harga mereka. Jika ini dilakukan secara bersamaan oleh produsen dan pedagang  di seluruh Indonesia,  inflasi yang dihasilkan akan lebih besar dari dampak ekonomi yang seharusnya.  Kenaikan harga secara simultan dan  inflasi yang berlebihan akan menyebabkan inflasi yang tinggi dan dengan demikian dapat menyebabkan ketidakstabilan di semua lapisan masyarakat,  produsen, bisnis dan konsumen. Dampak ekonomi dan psikologis kenaikan harga BBM harus diwaspadai oleh pemerintah.

Kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan akan berdampak besar bagi  dunia usaha, terutama bagi sektor UMKM dan usaha kecil informal lainnya yang seringkali tidak tercakup oleh program kesejahteraan negara.  Sampai saat ini, sebagian besar  UMKM dan sektor informal telah menggunakan BBM bersubsidi untuk menjalankan usahanya. Kenaikan harga BBM kemungkinan akan meningkatkan pengangguran, yang pasti akan meningkatkan tingkat kemiskinan di Indonesia.  Angka kemiskinan pada bulan Maret naik menjadi 9,54% atau setara dengan 26,16 juta orang.

Dibandingkan  September 2021, angka kemiskinan turun 0,17 poin atau setara dengan 0,34 juta orang.  Konsumsi  Indonesia berkontribusi hingga 50 %PDB, sehingga jika inflasi meningkat, mau tidak mau akan membatasi konsumsi pemerintah dan berkontribusi pada penurunan PDB.

Dengan kondisi tersebut, maka pilihan pemerintah terkait kebijakan BBM ada dua. Pertama membatasi pembelian BBM bersubsidi hanya untuk kalangan tidak mampu, atau menaikkan harga agar dana APBN tidak terus tergerus untuk kompensasi dan subsidi. Di antara pilihan-pilihan tersebut, keduanya tentu saja memiliki konsekuensi masing-masing. Kenaikan harga jelas akan berdampak pada kenaikan harga barang lainnya karena berhubungan dengan ongkos transportasi. Di sisi lain, dengan pembatasan BBM bersubsidi makan akan mengurangi subsidi dan diharapkan dananya bisa dialokasikan untuk kepentingan lain yang lebih tepat sasaran.

Tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Jokowo turun karena peningkatan harga BBM. Karena menurut saya sendiri memang banyak pengaruh negatif yang dibawa oleh kenaikan harga BBM ini. Untuk rakyat menengah keatas memang tidak begitu berpengaruh bagi mereka, tetapi untuk masyarakat menengah kebawah mereka sangat terpengaruh kehidupannya.

Bagaimana cara kita bijak dalam menyikapi kenaikan BBM ini ? Ada beberapa yang bisa dilakukan, misalnya dengan melakukan perubahan gaya hidup, seperti kebiasaan makan di luar, kita bisa mengubahnya dengan memasak sendiri atau mengurangi makan di luar. Bagi yang punya kendaraan atau punya kendaraan bisa buat janji berangkat dan pulang kerja, biaya bensin atau solar bisa lebih ringan jika dibagi, gunakan transportasi bebas bahan bakar, misalnya setiap saat saat bersepeda atau berjalan kaki bagi yang tetap bugar dan sehat. Selain bisa menghemat biaya, juga membuat tubuh kita sehat dan bugar. Manajemen waktu yang lebih baik untuk berbelanja atau hiburan. Bagi PNS yang tinggal bersama keluarganya akan lebih hemat memasak sendiri dengan kualitas yang baik dan kandungan gizi yang baik.

Kita tahu bahwa semua pasti akan merasakan kesulitan ketika BBM naik. Karena jika BBM naik, semua kebutuhan pokok akan ikut naik. Akan semakin tercekiklah rakyat jelata seperti kita-kita ini. Namun demikianlah kebanyakan orang dalam menghadapi masalah ini keliru. Semua ingin agar suaranya didengar oleh penguasa. Demonstrasilah yang jadi solusi. Tidak ada yang berpikir, kenapa pemimpin kita bisa memilih jalan untuk menaikkan BBM? Tidak ada yang mau merenung, apa betul presiden tercinta kita ingin menyengsarakan bahkan membunuh rakyatnya sendiri? Lalu kenapa tidak mau menyikapi hal ini dengan bersabar?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline