Lihat ke Halaman Asli

Ilman Nur Alam

When diplomacy ends, war begins!

Koalisi Prabowo - Gus Muhaimin akan Menang Pilpres 2024, Ini Syaratnya!

Diperbarui: 5 September 2022   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan dengan Gus Muhaimin Iskandar (kanan) di Kartanegara, Jakarta pada hari Sabtu (18/6/2022).

Adakah kiat-kiat khusus untuk memenangkan Pilpres tahun 2024? Jawabannya ada! Secara konsep, untuk memenangkan pilpres, capres dan cawapres harus dari dua kalangan yaitu kalangan religius dan nasionalis. Formasinya, 01 nasionalis, 02 religius atau sebaliknya. 

Mengapa demikian? Ya, ini berawal dari sejarah panjang perjuangan kemerdekaan Indonesia yaitu perjuangan dari golongan ulama dan golongan non-ulama.
Kedua, biasanya prioritas perhitungan suara untuk memenangkan pilpres ada di pulau Jawa sebab pulau Jawa adalah lumbung suara dan padat penduduk. 

Sehinga pulau-pulau lain dapat dikatakan hanya untuk ‘jangkep-jangkep’ saja dalam istilah bahasa Jawa. Disinilah menurut hemat penulis, peran PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) sangat penting. 

Mengapa penting? Sebab secara karekteristik pemilih atau antropologi voters, pemilih di pulau Jawa dapat dibagi ke dalam tiga golongan yaitu golongan santri, abangan, dan priyayi. Lebih detail, Geertz mendefinisikan santri adalah varian masyarakat di Jawa yang taat kepada ajaran Islam. Golongan abangan merupakan yang lebih longgar dan tak terlalu taat pada ajaran Islam. 

Priyayi adalah golongan bangsawan/ningrat yang tak terlalu taat pada ajaran Islam, lebih menekankan pada adat dan kebiasaan yang datang dari leluhur. Namun, golongan yang paling eksis saat ini adalah golongan santri dan golongan abangan. 

Nah, kaitannya dengan PKB, PKB merupakan salah satu partai perwakilan dari kalangan santri di atas. Lebih formalnya, kalangan santri tersebut berhimpun dalam satu organisasi masyarakat yang sama-sama kita ketahui semua yaitu NU (Nahdlatul Ulama) dan PKB merupakan partai politik yang mewakilinya.

Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), yang dilakukan pada Februari 2019, menyebutkan bahwa jumlah warga NU mencapai 49,5 persen atau sekitar 108 juta orang dari jumlah penduduk muslim Indonesia yang berjumlah sekitar 229 juta orang.

Survei lain adalah yang dilakukan oleh Poltracking Indonesia pada Oktober 2021 yang menyebutkan bahwa basis massa NU sangat besar. Terdapat 41,9 persen responden secara terbuka mengaku terafiliasi atau merasa sebagai Nahdliyin secara kultural. Artinya, ada 80-90 juta pemilih Indonesia merasa terafiliasi dengan NU dari DPT (Data Pemilih Tetap) yang kurang lebih sebanyak 200 juta.

Bekal basis suara yang besar tersebut yang kemudian memperlihatkan kepada kita satu tradisi para politisi terhadap tokoh-tokoh NU. Calon-calon presiden yang akan maju Pilpres biasanya melakukan ‘sowan’ terhadap tokoh-tokoh NU. Alasannya selain karena NU memiliki basis suara yang tinggi di atas, juga karena patronasi kiayi dalam mempengaruhi perjalanan politik nasional.

Data peran strategis PKB di atas diperkuat oleh jumlah pemilih setia PKB yang ada di bangku legislatif. Pada debutnya ikut dalam Pemilu legislatif, PKB berhasil mengumpulkan 13,2 juta suara (12,62%) suara sah nasional. Dengan raihan tersebut PKB berhasil menempatkan wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak 51 orang (11,04%).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline