Lihat ke Halaman Asli

17 Agustusan, Momentum Sejarah yang Perlu di Teladani

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gegap gempita iringi keramaian sebuah desa di bilangan Cirebon, sebut saja Desa Kaliwadas, Kecamatan Sumber, Kabupatendesa amat terpencil tapi akses untuk menuju desa sangat mudah sekali, desa yang sunyi dari keramaian, jauh dari kota, tapi hari itu, terasa tak seperti hari biasanya, semuanya nyaris dengan penuh keceriaan dan bangga, ternyata warga sangat menyambut sekali hari kemerdekaan.

Sambil tergopoh-gopoh, saya hanya mengikuti suasana hiruk pikuk keramaian waktu itu, hanya ikut bersorak sorai karena saya waktu itu ada sedikit kerjaan di rumah. Suasana yang yang mengharukan sekaligus bangga dengan diketemukannya kembali 17 Agustus, saya dan warga sangat antusias menyambut kemerdekaan waktu itu. Meski semuanya telah berubah, tapi tidak mengurangi nilai kemerdekaan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, permainan didominasi dari permainan yang sekedar meramaikan, balap karung, pecak kendil, balap bawa kelereng di atas sendok, panjat pinang sampai-sampai pihak Madrasah, karena seringnya acara tujuh belasan diadakan di pelataran madrasah, maka ada inisiatif dari pihak madrasah untuk mengadakan lomba cerdas cermat bagi usia sekolah dasar dan smp, dengan soal beragam terutama masalah kemerdekaan.

Walau hadiahnya tak begitu besar seperti semangat warga yang membuncah, kegigihan dan kesemangatan warga begitu antusias sekali, acara itu dihadiri anak-anak, remaja, bapak-bapak, nenek-nenek, ibu-ibu, mba-mba, tak ketinggalan pula ibu yang menggendong anaknya sambil menyusui, karena keingintahuannya hari besar Indonesia yang hanya satu tahun sekali.

Seperti biasa, acara pagi hari perlombaan dan malamnya pembagian hadiah, hehe.. hadiahnya gede-gede lho? wadahnya aja, cuman meramaikan aja ko, cetus salah satu tim panitia pelaksana 17 agustusan itu. Biasanya warga menilai, kalau sebatas merayakan 17 agustusan kayaknya kurang afdhal tanpa adanya pengajian di malam harinya, tak terlihat dari rasa lelah setelah seharian penuh keringat, basah kuyup hanya demi meramaikan acar itu, dan malamnya pun warga kembali berbondong-bondong untuk mendengarkan ceramah yang menyegarkan memori 17 agustusan.

Kemeriahan desa itu tidak ada artinya tanpa adanya kesatuan, kemauan dan keinginan yang satu. Dimana acara tersebut saya menilai memberikan ekses momentum yang tak terlupakan bagi siapapun yang ada dalam lingkaran itu. Sungguh bahagianya warga yang masih memberikan rasa hormat bagi para pendahulu dengan mengadakan acara 17 agustusan.

Kami tidak bisa memberikan apa-apa kepada bangsa, sekedar mengingat bahwa Indonesia tidak diperoleh dengan mudah, para pendahulu benar-benar berkorban demi meraih kemerdekaan dan kedamaian yang abadi di bumi nusantara ini, dengan mengorbankan berbagai apa yang dia punya bahkan nyawa sekalipun. Tak ada kata apapun dalam pikiran mereka kecuali MERDEKA!!!.

Tapi, kalau melihat Indonesia sekarang, Sudah merdekakah?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline