[caption caption="Ilustrasi media sosial, sumber Kompas.com"][/caption]
DUNIA semakin sempit. Kehadiran teknologi internet memengaruhi cara orang berkomunikasi. Dua pihak yang bertempat di lokasi berbeda, bahkan dapat saling bertukar pesan hanya dalam hitungan detik. Mereka yang menikmati kemudahan akses internet ini disebut generasi internet.
Dalam teori, dikenal beberapa macam generasi. Generasi yang lahir pada 1946-1964 disebut baby boomer. Sedangkan Generasi X lahir pada 1965-1980, Generasi Y lahir pada 1981-1994, Generasi Z lahir pada 1995-2010, dan Generasi Alpha lahir pada rentang 2010-2025. Generasi internet adalah generasi X dan Y. mereka lahir dan dibesarkan pada era digital dengan terpaan aneka gadget seperti komputer, laptop, tablet, maupun ponsel pintar (smartphone),
Lebih jauh, internet, gadget, dan media sosial saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Jika gadget diibaratkan sebaga alat, maka internet digambarkan sebagai bahannya, sedangkan media sosial sebagai produknya.
Seiring perkembangan zaman, varian media sosial semakin beragam, mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, Blackberry Messenger, Line, Path, Pinterest, Google+, Tumblr, Linkedin, Myspace, Foursquare, Kakaotalk, dan Flickr. Dari sisi pengguna, dari tahun ke tahun, pengguna media sosial meningkat tajam. Menurut laporan We Are Social, pengguna media sosial aktif kini mencapai 2,2 miliar. Pengguna mobile menyentuh angka 3,7 miliar. Adapun, Facebook masih bertengger pada posisi teratas sebagai media sosial yang paling banyak digunakan dengan kisaran 1,5 miliar pengguna.
Beragamnya media sosial berimplikasi pada perubahan pola tatanan komunikasi penduduk dunia. Komunikasi, saat ini tak lagi dilakukan melalui sambungan telepon umum di pinggir jalan. Komunikasi antar negara dapat dilakukan hanya dengan berdiam diri di dalam rumah. Betapa media sosial menghubungkan satu pihak dengan pihak lainnya di benua berbeda hanya dalam hitungan detik. Bahkan, media sosial telah diaplikasikan dalam berbagai bidang.
- Media sosial mudahkan penyebaran informasi
Redaktur berita online luar negeri, seperti The New York Times menyisipkan link media sosial ke dalam portal mereka. Tepat di bagian bawah judul berita, redaktur menyertakan link media sosial seperti Facebook, Twitter, maupun WhatsApp untuk memudahkan pembaca menshare berita yang telah mereka baca. Dampaknya, portal berita tersebut akan semakin dikenal khalayak luas. Portal berita online dalam negeri setali tiga uang. Redaksi portal Kompas.com juga melakukan hal serupa.
Karena akan dibaca oleh banyak orang, maka berita yang wartawan produksi haruslah benar kontennya. Jangan menyebar berita palsu atau berita yang menyesatkan. Patuhi Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Jika menulis berita palsu, masyarakat awam akan ikut-ikutan menyebar berita hoax tersebut.
- Media sosial sebagai makelar penjualan online (Online Shop)
Dahulu, pertemuan antara penjual dan pembeli hanya terbatas dalam lingkup wilayah yang sama. Sekarang di era digital, penjualan barang atau jasa tidak lagi antar wilayah yang sempit. Dengan bantuan internet, penjual dapat menjaring pembeli dari lintar provinsi dan negara.
Dengan perantaraan media online, calon pembeli dapat leluasa melihat dan memilih barang yang akan ia beli. Setelah itu, kedua belah pihak berjanjian untuk saling ketemu untuk melakukan transaksi. Betapa media sosial menjadi perantara jual beli. Secara tidak langsung, media sosial menggerakkan perekonomian Indonesia.
Apalagi, kini sedang marak industri fashion, terutama muslim fashion. Kerudung atau hijab mulai marak dijual melalui online shop. Menurut desainer Jenahara Nasution saat diwawancarai Metro TV, Kamis (7/1/2015) siang, mode hijab modern minimalis akan booming di tahun 2016 ini.