Lihat ke Halaman Asli

ilma aghni

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Nilai Sosial dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer

Diperbarui: 5 Mei 2023   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Hendropuspito (1985:23) nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai oleh masyarakat karena mempunyai kegunaan fungsional dalam perkembangan kehidupan manusia. Berdasarkan jenisnya, nilai sosial terbagi menjadi 2, yaitu nilai ekstrinsik dan nilai intrinsik. Sedangkan klasifikasi nilai sosial jika didasarkan pada jenisnya, maka ada 3 jenis, yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai rohani. Nilai ekstrinsik merupakan nilai sosial yang terbentuk dari lingkungan anggota masyarakat. 

Sehingga nilai sosial semacam itu terjadi dengan melihat perbedaan fisik, agama, ras dan sebagainya adalah hal yang lumrah. Contoh: keharaman dalam suatu kegiatan. Dalam novel "Gadis Pantai," terdapat kutipan sebagai berikut: Jangan main bola! Haram! Haram! Tak ingat pesan ayahanda? Itu perbuatan terkutuk orang-orang murtad. Ingat! Kepala Hasan-Husin yang mereka tendang! Apa Agus mau jadi kafir juga? (Gadis Pantai. h. 21) Pendapat mereka, bermain bola adalah perbuatan haram yang bisa mengubah seseorang menjadi kafir dalam keislamannya. Padahal tujuan anak kecil itu bermain bola hanya untuk bertanding, mengalahkan sekolah Belanda.

Nilai intrinsik adalah nilai-nilai sosial yang muncul dan terbentuk dari faktor-faktor internal seseorang, yang tentunya menyangkut penilaian subyektif terhadap individu tersebut. Nilai intrinsik ini kemudian erat kaitannya dengan hak asasi manusia. 

Misalnya, hak untuk memeluk suatu agama atau kepercayaan, hak atas pendidikan, hak untuk diperlakukan secara adil dalam masyarakat, dll. Contoh: rakyat jelata harus membungkuk dan berjalan mundur. Nilai intrinsik dapat ditemukan dalam kutipan berikut: Ia berlutut, membungkuk, berlutut berjalan mundur. Sampai di pintu ia berhenti sebentar, menebarkan pandang jauh ke depan, pada Bendoro. (Gadis Pantai. h. 38) Gadis Pantai yang merasa dirinya seorang rakyat jelata berjalan mundur dan membungkuk, selepas berbicara dengan Bendoro yang tergolong priayi. Ini merupakan perlakuan yang tidak adil dalam masyarakat, seharusnya dilakukan bagi semua golongan, tidak hanya untuk rakyat jelata.

Nilai material adalah nilai yang berguna bagi tubuh manusia dan memiliki bentuk fisik yang nyata dan dapat digunakan untuk kebutuhan fisik. Contoh: emas. Nilai material dapat ditemukan dalam kutipan: Ia dibawa ke kota. Tubuhnya dibalut kain dan kebaya yang tak pernah diimpikan bakal punya. Selembar kalung emas tipis sekarang menghias lehernya dan berbentuk medalion jantung dari emas, membuat kalung itu manis tertarik ke bawah. (Gadis Pantai. h. 12) Emas merupakan perhiasan manusia yang memiliki nilai tinggi. Selain itu, emas juga dapat dijadikan sebagai tabungan.

Nilai vital adalah nilai-nilai sosial yang keberadaannya dapat menunjang kegiatan sehari-hari seseorang dalam suatu kelompok masyarakat. Sehingga keberadaa benda yang mengandung nilai vital ini dapat menunjang kegiatan tersebut. Contoh: minyak wangi. 

Terdapat kutipan sebagai berikut: Di dalam kamar tidur bujang meletakkan bungkusan di atas meja rias, membukanya dan mengeluarkan anduk, sikat gigi, pasta, selop jerami, buatan Jepang, sisir yang bertangkai perak, berbagai minyak wangi bedak dalam kaleng jelas buatan luar negeri. (Gadis Pantai. h. 26) Minyak wangi memiliki nilai tersendiri, yaitu sebagai wewangian bagi manusia. Dalam  hal ini, apabila isi minyak wangi sudah habis, maka minyak wangi tersebut tidak ada nilainya bagi yang memakainya.

Nilai rohani adalah sesuatu atau nilai yang diketahui secara internal atau spiritual. Dapat juga diartikan sebagai nilai sosial yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan intelektual atau spiritual masyarakat. Contoh: mengucap syukur kepada Tuhan. Nilai rohani tersebut dapat ditemukan dalam kutipan berikut: Bersyukurlah di sini kau selalu akan makan nasi. Insya Allah. Tuhan akan selalu memberkati. (Gadis Pantai. h. 40) Kutipan tersebut mengandung nilai keagamaan. Selain beribadah dan mengaji, sebagi manusia juga harus bersyukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline