Bulir-bulir air tak henti berjatuhan di kedua bola matanya
Senja merah terlihat di matanya
Hatinya tertampar oleh pikirinnya
Selalu saja mendengar ucapan para makhluk tuhan yang tak hati-hati
Teriakan bergema di ruangan kosong yang hening
Memeluk hangat raganya sendiri
Netranya Menatap langit-langit
Berjuang berdamai dengan dirinya
Itulah dirinya...
Menutup raut laranya dengan topeng kebahagiaan
Yang jelas-jelas topeng itu terpisah dengan raga dan batinnya
Tapi...
Dirinya berjuang... untuk berdamai
Berjuang untuk menghargai dirinya
Manusia terlahir dengan keunikannya masing-masing
Makhluk tuhan yang berisik bukan alasan
Mereka bukan alasan atas laranya
Tapi pikirannya membawa dia dalam penderitaan
Dirinya sadar....
Dia harus berjuang memaafkan dirinya
Dia harus ajak raga, batin, dan pikirannya berdamai
Dia manusia kuat yang memiliki asa untuk mengeliminasi lara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H