Merupakan pengalaman luar biasa mempunyai pengalaman berkarya di lembaga pendidikan. Kesempatan yang mungkin tidak banyak yang dirasakan orang lain.
Profesi guru dan pengajar merupakan profesi yang bukan menjadi impian bagi sebagian besar masyarakat pencari kerja apalagi untuk generasi Z yang rata-rata memilih pekerjaan yang bersifat Teknologi khususnya teknologi informasi. Profesi guru di Indonesia khususnya juga tidak masuk dalam daftar pekerjaan dengan gaji besar.
Namun, tanggung jawabnya sangat besar. Ironis memang. Tetapi itulah kenyataannya. Jika dibandingkan dengan negara lain, gaji rata-rata guru di Indonesia jauh dibawah gaji guru-guru di negara Asia Tenggara lainnya.
Menurut data yang dilansir oleh Data Books dapa tahun 2023, Indoensia memang menempati urutan terbawah dalam hal rata-rata gaji guru dengan nilai Rp 2,4 juta sedangkan tertinggi memang ditempati oleh Singapura dengan nilai Rp 11,93 juta.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur pengupahan guru terus diupayakan oleh pemerintah dengan berbagai tunjangan-tunjangan dan aturan yang diberikan. Meskipun demikian sektor swasta harus berupaya keras untuk mengelola keuangannya untuk dapat memberikan gaji yang layak bagi guru dan karyawannya.
Tentunya, pengelolaan sekolah juga tidak hanya dari segi pengupahan guru saja. Banyak hal yang saling terkait antara satu bidang dengan bidang yang lain. Permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia memang kompleks. Kebijakan nasional yang dibuat oleh pemerintah harus disesuaikan oleh daerah dan juga pastinya satuan pendidikan yakni sekolah.
Benturan-benturan kebijakan menjadi hal-hal yang terus menerus harus dihadapi oleh satuan-satuan pendidikan. Namun, tulisan ini tidak bermaksud untuk mempertajam benturan-benturan tersebut malah sebaliknya mencoba untuk mencari solusi dan strategi untuk pengelolaan di dalam satuan pendidikan agar dapat berjalan dengan lebih baik.
Point Kualitas
Seperti yang disampaikan dalam pembukaan artikel ini, guru merupakan sosok sentral dalam pengelolaan satuan pendidikan karena peran guru memberikan kontribusi bagi point-point kualitas yang dilihat oleh masyarakat terhadap satuan pendidikan tersebut. Semakin nyata point kualitas tersebut, semakin nyata juga persepsi dan kepercayaan masyarakat terhadap satuan pendidikan tertentu.
Tentunya tidak hanya factor guru saja, melainkan juga factor-faktor lain seperti fasilitas, biaya pendidikan, dan kesempatan berkembang peserta didik selama menjalani proses pendidikan di tempat tersebut. Juga, tidak bisa dipungkiri, peran sosial media yang juga membungkus dan mengkomunikasikan seluruh kualitas tersebut kepada masyarakat. Namun bagaimana pun, peran guru tetap menjadi yang utama dalam pengelolaan satuan pendidikan.
Berdasarkan pengalaman penulis, ada beberapa point kualitas yang berbasis pada guru yang perlu diperhatikan dan dikembangkan bersama-sama yakni point kualitas pengajaran, point kualitas pelayanan, point kualitas kesempatan untuk berkembang, point kualitas sarana prasarana, dan point kualitas kebijakan.
Kualitas Pengajaran
Kualitas pengajaran menjadi point kualitas utama yang perlu menjadi fokus pengembangan mutu. Proses ini berawal dari pemilihan dan penempatan guru yang sesuai. Standarisasi perlu dilakukan agar guru yang mengajar dapat menyesuaikan diri dengan target-target kurikulum yang ditetapkan.
Tentunya tidak mudah jika harus membongkar seluruh guru kemudian mencari pengganti nya. Perlu dipertimbangkan juga tingkat turnover yang terjadi juga berimbas pada tingkat kepercayaan orang tua murid yang mempercayakan putra-putri mereka. Penulis menyarankan beberapa langkah.
Yang pertama, adanya Uji Kompetensi Internal yang disesuaikan dengan kebutuhan dan target satuan pendidikan. Uji Kompetensi ini juga dapat melibatkan masukan dari orang tua dan peserta didik dalam penilaian performa guru-guru.
Yang kedua, berkomunikasi dengan guru setelah melihat hasil Uji Kompetensi. Proses refleksi lebih dikedepankan ketimbang menghakimi guru tersebut sehingga point-point dalam uji kompetensi dapat lebih bermakna.
Yang ketiga, pengembangan dan pendampingan. Guru diajak untuk menyadari apa yang perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas pengajaran. Apakah hal tersebut terkait dengan penyampaian materi, dampak pengajaran pada peserta didik atau lebih mendasar seperti administratif.
Langkah keempat adalah evaluasi dan finalisasi.Proses ini menentukan apakah guru tersebut dinilai dapat menjawab kebutuhan dari satuan pendidikan. Tentunya, perlu komunikasi dua arah yang seimbang dalam proses ini seingga tidak terjadi kesalahpahaman antara lembaga dan guru. Proses yang tepat akan meningkatkan performa dari guru dan karyawan.
Kualitas Pelayanan
Berikutnya adalah point pada kualitas pelayanan. Pelayanan yang dimaksud adalah proses komunikasi antara guru atau pihak sekolah dengan peserta didik dan orang tua.
Seringkali terjadi misspersepsi antara pihak sekolah dan orang tua peserta didik sehingga menurunkan tingkat kepercayaan. Dari hal yang sekiranya dianggap sepele, bisa berujung pada keputusan orang tua untuk tidak menyekolahkan anaknya kembali di satuan pendidikan tersebut. Tentunya hal ini sangat merugikan apalagi jika sekoah tersebut menyediakan pelyanana pendidikan untuk jenjang-jenjang berikutnya.
Pada tulisan saya sebelumnya, juga disampaikan sifat relasi dan keterlibatan orang tua dan peserta didik pada tiap jenjangnya. Hal ini dapat ditangani dengan adanya kumpulan prosedur yang rigid yang dijalankan secara konsiten oleh seluruh komponen sekolah.
Prosedur ini memastikan bahwa setiap orang tua dan peserta didik mendapatkan pelayanan yang sama sehingga orang tua merasa aman dan nyaman dalam berinteraksi dengan pihak sekolah. Bahkan, untuk hal-hal sepele seperti redaksi broadcast wa untuk mengkomunikasikan kebijakan sekolah serta respon guru terhadap komplai orang tua dan peserta didik perlu sangat diperhatikan.
Point Kualitas Kesempatan untuk Berkembang
Point ini berfokus kepada peningkatan prestasi peserta didik dimana meraka diberikan kesempatan dan difasilitasi untuk berkembang dengan mengikuti banyak kegiatan internal dan eksternal.
TIdak bisa dipungkiri bahwa nama baik sekolah juga berasal dari prestasi anak melalui perlombaan-perlombaan yang diikuti. Banyak sekolah yang kemudian menjadikan salah satu ekstrakurikuler atau bahkan keikutsertaan dalam olimpiade menjadi kegiatan andalan untuk mendongkrak minat dari peserta didik.
Namun, apapun kegiatan yang diikuti atau diadakan, bersumber pada semangat untuk mengembangkan peserta didik. Mereka dapat merasakan peran sekolah dalam proses perkembangan mereka terutama dalam mendukung minat bakat mereka. Kurikulum Merdeka sangat memungkinkan hal ini terjadi sehingga sekolah dapat memberikan fleksibilatas atau bahkan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ini mejadi program unggulan sekolah.
Point Kualitas Sarana Prasarana
Tidak diragukan lagi bagaimana sarana prasarana menjadi faktor yang sangat mendukung proses pembelajaran di sekolah. Peralatan yang modern, kelas yang nyaman, dan memiliki fasilitas up to date lainnya bisa jadi menimbulkkan kebanggaan dan daya Tarik sendiri bagi peserta didik dan orang tua. Namun, berinvestasi dengan segala macam kebutuhan sarana tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, tentunya harus sangat bijak dalam mengalokasikan anggaran ini. beberapa prinsip yang dapat kita gunakan adalah :
- Fungsi utilitas dari sarana yang kita bangun
- Ciri khas sekolah yang dipilih
- Program unggulan yang dipilih.
- Nilai ekonomis dari sarana yang disediakan
Tentunya semua sarana prasarana kita harus kembalikan pada fungsi nya yakni sebagai penunjang dari proses pembelajaran yang diharapkan dapat mengembangkan prestasi peserta didik.
Point Kualitas Kebijakan
Point terakhir namun tidak kalah penting dan bahkan dapat mempengaruhi seluruh point kualitas adalah Point Kualitas Kebijakan. Ada dua hal yang penulis bisa sampaikan tentang point kualitas ini yakni tentang komunikasi internal lembaga dan pemilihan ceruk pasar sebagai basis penyusunan kebijakan.
Yang pertama adalah tentang komunikasi internal. Hal ini pasti menyentuh kepada pengelola satuan pendidikan yakni bisa saja lembaga, yayasan atau apapun bentuknya. Penulis menyadari begitu sensitive nya masalah ini karena menyangkut benturan kepentingan antara pemilik lembaga/ yaaysan dengan para pelaksana di lapangan.
Namun, pemilik yakin bahwa hal tersebut seringkali terjadi karena ada nya ketidakterbukaan masing-masing pihak untuk duduk bersama dan menyadari peran masing-masing di dalam satuan pendidikan tersebut. Namun, jika ingin mengembangkan sekolah secara menyeluruh tentunya barrier ini perlu kita buka bersama-sama. Tentunya sangat perlu disadari porsi masing-masing daam lembaga tersebut. Bukan jamannya lagi kita berdialog dengan model 1 arah.
Tentu kolaborasi antara pemilik, manajemen dan pelaku di lapangan harus berjalan agar kebijakan yang dilaksanakan dapat tepat sasaran, mengembangkan sekolah serta mampu membuat peserta didik dan orang tua merasa semakin percaya bahwa sekolah memang serius untuk mengembangkan putra dan puteri nya.
Yang kedua adalah tentang kesadaran posisi lembaga dalam keseluruhan komunitas lembaga pendidikan. Perlu disadari dulu posisi lembaga dengan tdak sungkan melakukan benchmarking secara jujur dan terbuka. Hal ini penting agar lembaga tahu persis jenis masyarakat mana yang akan dilayani.
Kesadaran ini akan membawa lembaga pada banyak hal seperti penentuan program, pricing, promosi dan juga tentunya akan berimbas pada pengelolan manajemen sumber daya manusia nya. Jika terlambat melakukan benchmarking resiko salah dalam mengambil kebijakan tentu menjadi sangat besar. Lembaga yang bisa bertahan hidup adalah lembaga yang sesuai dengan masyarakatnya.
Ada aman di dalam kata nyaman
Penulis menggunakan kalimat ini ketika proses pembelajaran saat pandemi sebagai salah satu pedoman pembuatan kebijakan-kebijakan terkait dengn peserta didik dan Orang tua. Seperti yang kita ketahui bersama, proses pembelajaran saat pandemic memang sangat menantang. Kita tidak bsa bergerak bebas melakukan proses pembelajaran.
Perubahan yang datang sangat dinamis sehingga harus benar- benar siap dengan penyesuaian -- penyesuaian yang ada. Kita juga tahu, tidak hanya di antara guru saja ada perbedaan pendapat, pun juga terjadi di orang tua sehingga peraturan dan penyesuaian terhadap dinamika yang ada sungguh-sungguh perlu memperhatikan banyak hal.
Penulis merasa perlu ada prinsip yang membuat kapal tidak terhempas gelombang pandemi, oleh karena itu, penulis merasa bahwa seluruh kebijakan harus terutama membuat guru, karyawan , peserta didik dan orang tua merasa aman lalu beranjak dari situ, tingkat kenyamanan kita sesuaikan. Sehingga, aturan yang dibuat tidak hanya sekedar membatasi tetapi juga membuat seluruh komponen merasa nyaman.
Demikanlah juga sebagaimana yang seharusnya terjadi di dalam sekolah. Jika seluruh komponen merasa nyaman untuk menjalankan fungsi dan perannya secara optimal, penulis yakin bahwa sekolah tersebut akan menjadi sekolah yang hidup. Seperti halnya tumbuhan yang tumbuh di tanah yang subur. Pohon tersebut akan tumbuh besar, berbuah dan pastinya bermanfaat bagi banyak orang. Akhir kata, penulis menyadari bahwa begitu banyak kekurangan dalam tulisan ini. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka untuk melakukan diskusi lebih lanjut demi kemajuan pendidikan di negeri ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H