Lihat ke Halaman Asli

Menyelami Pemerintahan Kota Jayapura Dari Sejarah, Kebudayaan, Tradisi, Geografi, Demografi, Politik, Ekonomi, dan Kondisi Sosial.

Diperbarui: 17 Januari 2025   01:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 (Sumber: Spaarnestad Photo) 

1. Dari Hollandia ke Jayapura

(Sumber: Ships Nostalgia)

Sejarah perkembangan pemerintahan Kota Jayapura diawali sejak masa kolonial Belanda. Pada awal abad ke-20, Belanda mendirikan pos perdagangan di wilayah tersebut dan menamakannya Hollandia pada tahun 1910. Belanda kemudian membangun kota Hollandia sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan di Papua.  Selama Perang Dunia II, Jepang menguasai Hollandia dan membangun infrastruktur militer. Setelah perang berakhir, Belanda kembali menguasai wilayah tersebut. Pada tahun 1963, Indonesia mengambil alih wilayah Papua Barat, termasuk Hollandia. Nama kota tersebut diubah menjadi Jayapura dan menjadi pusat pemerintahan Provinsi Papua. 

2. Harmoni Budaya dan Pemerintahan di Kota Jayapura

(Sumber: detik.com)

Kota Jayapura, Papua, menyuguhkan potret unik harmoni antara budaya dan pemerintahan. Sistem kearifan lokal seperti gotong royong dan musyawarah mufakat menjadi landasan pengambilan keputusan, mencerminkan partisipasi aktif masyarakat. Sistem hukum adat, meskipun di samping hukum nasional, tetap dihormati, menunjukkan penghormatan terhadap tradisi.  Lembaga adat dan Dewan Adat berperan vital sebagai penasihat pemerintah, memastikan kebijakan selaras dengan nilai-nilai lokal.  

3. Pengaruh Tradisi Keagamaan terhadap Sistem Pemerintahan Jayapura

(Sumber: Aman Jayapura)

Dengan keberagaman suku dan budayanya, Kota Jayapura menunjukkan interaksi kompleks antara tradisi keagamaan dan sistem pemerintahan.  Meskipun mayoritas penduduk memeluk agama Kristen,  kehadiran berbagai kepercayaan dan praktik keagamaan dari suku-suku asli Papua seperti Sentani, Dani, dan Asmat, menciptakan lanskap spiritual yang kaya dan berpengaruh terhadap tata kelola pemerintahan kota.

Salah satu manifestasi pengaruh ini terlihat pada sistem hukum adat yang masih dihormati. Penyelesaian konflik, misalnya, seringkali mempertimbangkan nilai-nilai keagamaan dan moral yang dipegang teguh oleh masyarakat. Keputusan-keputusan yang diambil tidak hanya didasarkan pada hukum positif, tetapi juga pada kearifan lokal yang berakar pada kepercayaan spiritual. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi keagamaan bukan sekadar aspek budaya, melainkan juga integral dalam proses pengambilan keputusan di tingkat lokal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline