Lihat ke Halaman Asli

Ilham Wakhid

Penulis Amatir

Peran Guru dalam Hafalan Surat At-Takasur

Diperbarui: 2 Mei 2020   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Jerry Wang on Unsplash

Hari ini tepat 2 Mei diperingati dengan hari pendidikan nasional (hardiknas), Berbicara mengenai pendidikan tak lepas dari peran serta guru, Saya jadi teringat satu peristiwa dengan guru saya saat sekolah dulu, tepatnya saat SMP. Saya ingat betul hari itu sabtu, hari dimana jam hanya di isi untuk kegiatan ekskul (ekstrakulikuler) seperti Pramuka, PMR dan Paskibra, karena dihari biasa; senin sampai jumat diisi full oleh mapel (mata pelajar) yang super padat. Satu-satunya waktu senggang dan luang serta waktu yang ditunggu-tunggu adalah hanya hari sabtu dan bisa dibilang hari sabtu adalah hari yang bebas tanpa mapel, kita hanya diwajibkan ikut kegiatan eksul yang tersedia walaupun pada kenyataannya banyak yang hanya datang lalu pulang, ini jangan ditiru ya.

Meski di hari sabtu hanya di isi dengan kegiatan ekskul ada satu tambahan mapel yang ikut sebelum dilaksanakannya ekskul, yaitu mapel agama yang lebih mengedepankan kepada praktek-praktek seperti BTA (baca tulis Al-Quran). Suatu ketika guru agama saya yang biasa mengajar BTA di hari sabtu berhalangan hadir, jam pun dianggap kosong kami semua hanya mengikuti kegiatan ekskul saja, dilalah ternyata ekskul pun saat itu kosong tentu sebagai siswa yang rajin haha ini membuat saya senang karena 2 kegiatan sekaligus kosong dan tentu saja ini artinya kita boleh pulang bukan?

Ternyata tidak semudah itu Ferguso, banyak yang harus saya lewati sebelum pulang selain tugas dan guru BK haha, salah satunya adalah setoran hafalan surat. Karena saat itu guru agama saya berhalangan hadir terpaksa hafalan surat tersebut diambil alih oleh guru-guru yang hadir saat itu. salah satu guru yang hadir saat itu adalah guru bahasa Indonesia saya yaitu bu Noni. Saya dan bu Noni bisa dibilang cees alias akrab bukan tanpa sebab saya sering ditunjuk maju kedepan, membaca dan menjawab soal saat beliau mengajar bahasa Indonesia, tentu dipikiran saya bu Noni akan mudah meluluskan saya karena faktor kedekatan (ngarep) haha.

Bu Noni dalam ingatan saya saat itu dan mencoba mengingat kembali saat ini saya gambarkan sebelas dua belas dengan Zaskia Sungkar kakak dari Shireen Sungkar. Saya bilang seperti itu karena sebelum Zaskia Sungkar berhijab saya anggap tidak mirip namun setelah Zaskia Sungkar berhijab entah mengapa saya jadi teringat guru bahasa Indonesia saya ini. Bahkan dalam ingatan saya suara (gaya bicara) dan gerak gerik beliau saya anggap mirip Zaskia Sungkar, waduh apakah ini hanya perasaan saya saja? atau karena saya kangen guru bahasa Indonesia saya haha entahlah.

Tibalah waktu dimana bu Noni dengan random memilih surat-surat pendek sekaligus memanggil siswa-siswa untuk maju kedepan untuk setoran hafalan kepada beliau, sambil memegang Al-Quran beliau menyimak setoran hafalan siswa-siswa satu persatu, jadi tiap siswa memiliki setoran hafalan yang berbeda-beda. Tibalah saat itu waktu saya dipanggil tentu saja saya sangat pede dan tenang lha wong ini salah satu guru yang akrab dan termasuk baik (bukan termasuk guru killer) dengan saya haha.  

Kemudian saat saya dipanggil bu Noni, beliau memilihkan saya surat alhakumut (At-Takasur), dalam hati saya cukup lega dan merasa bersyukur karena surat tersebut salah satu surat yang saya hafal. Saat beliau mengatakan "sudah siap ham?", "Insyallah sudah siap bu" meski hafal saya tetap deg-degan. Singkat cerita saya tiba diakhir ayat At-Takasur tersebut, dan mengakhiri dengan sadaqallahul adzim. Tanpa basa-basi bu Noni kemudian menyuruh saya untuk mengulangi hafalan saya, Hah? apa ulangi, dalam hati saya kaget, apa letak kesalahan saya? 3 kali mengulang dan saya tidak mengetahui kesalahan saya dimana akhirnya saya di suruh untuk kembali dan bergantian dengan teman yang lain.

Bingung dengan letak kesalahan pribadi, saya mencoba berdiskusi sambil meminta saran serta pendapat, bahkan saya meminta teman untuk mengoreksi hafalan saya dan teman saya menjawab tidak menemukan letak kesalahannya dimana. Saat itu saya kesal kepada diri saya sendiri hampir semua teman-teman saya sudah pulang, karena apabila lulus dan hafal diperbolehkan untuk pulang. Tinggal tersisa 2 orang saya dan teman saya saat itu juga bu Noni memberikan klu berupa kesalahan saya terdapat pada ayat terakhir, meski sudah diberi tahu saya tetap salah (mengulang kembali).

Saya mulai frustasi saat itu, pada akhirnya dengan kebaikan serta kebijaksanaan hati beliau, bu Noni memberitahu letak kesalahan saya, bahwa saya salah pada ayat terakhir "kamu sering melafalkannya, (anim naim) seharusnya pelafalan yang benar adalah (anin naim). Sejak saat itu At-Takasur menjadi hafalan yang sering saya baca saat shalat dan saya ingat.

Saya sangat amat banyak berterima kasih kepada bu Noni karena telah memperbaiki serta memberitahu letak kesalahan saya pribadi meski terlihat kecil dalam hal ini pelafalan yang salah memiliki dampak, pergeseran arti serta makna yang berbeda pula, mungkin  apabila saat itu saat saya tidak diberitahu letak kesalahan saya, sampai hari ini mungkin saya akan salah dalam membaca surat At-Takasur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline