Gelapku tatap suram, Kesederhanaan membuat keterpurukan dimensi keadilan,
Wahai PLN sesungguhnya kami rakyat Medan bukan untuk kau suruh minum obat,
Tiga kali sehari kau padamkan hak kami yang telah kau jejalkan ke lambungmu,
Dengan alasan 'mesin yang sudah tua' kau padamkan lampu-lampu,
Berapa banyak alasan yang kau buat-buat seolah kami lugu?,
Walau aku hidup di negara yang serba penduduknya toleran,
Tapi hingga kini aku tetap terheran-heran,
Karena kau sungguh beda dengan perusahaan air keran,
Hey PLN jaddah, berapa banyak hak-hak rakyat yang kau rampas,?
Yang kau makan di ususmu telah menjadi ampas,
Mungkin rakyat Medan sudah muak dengan alasanmu,