Sesuai dengan arahan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, salah satu fokus permasalahan kesehatan yang terjadi saat ini adalah tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang terjadi di Jawa Timur khususnya Kabupaten Jember.
AKI dan AKB sendiri merupakan hal yang penting untuk ditanggulangi karena merupakan salah satu indikator kesehatan negara. Pada Desa Jelbuk, dalam tempo dua bulan sejak Juli hingga pertengahan Agustus 2021 telah terdapat lima kasus AKB.
Terjadinya AKB merupakan manifestasi dari berbagai faktor seperti ekonomi, budaya, dan kesehatan. Faktor ekonomi berkorelasi dengan status gizi yang diterima ibu hamil pada masa kehamilan yang pada dasarnya kebutuhan nutrisi harus tercukupi untuk tumbuh kembang janin.
Faktor budaya berkaitan dengan kebiasaan masyarakat, seperti rutin atau tidaknya memeriksa kesehatan selama kehamilan hingga persalinan yang dibantu oleh dukun kehamilan yang masih banyak terjadi. Sedangkan faktor kesehatan merupakan kunci dari semua lini penanganan AKB.
Berdasarkan data yang didapat menyatakan bahwa terdapat kejadian kematian bayi selama beberapa bulan terakhir di Desa Jelbuk. Informasi dari Ibu Mulyana selaku kader kesehatan Posyandu Mawar 2A, dalam lingkup kecil posyandu tersebut sudah terdapat dua kematian bayi dalam satu bulan terakhir. Hal ini tentu menjadi fokus dari pada kader kesehatan di Desa Jelbuk.
Faktor yang memengaruhi terjadinya kematian bayi di Desa Jelbuk cukup kompleks, mulai dari kurangnya ilmu pengetahuan hingga pernikahan dini. Oleh karena itu itu diperlukan pembaruan ilmu lebih lanjut mengenai cara penuntasan dari AKB khususnya bagi kader dan masyarakat untuk menekan AKB.
Pada minggu ke-2, Achmad Ilham Tohari, mahasiswa Kedokteran Universitas Jember, dalam program KKN Back to Village (BTV) 3 melakukan kegiatan pemaparan materi pelatihan yang terdapat empat poin penting yang perlu untuk dibahas yaitu definisi AKB, urgensi AKB, Faktor yang memengaruhi meningkatnya AKB, dan cara penanggulangan AKB bagi kader kesehatan dan masyarakat. Penuntasan AKB merupakan alur yang panjang dan diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Total ada delapan orang yang aktif mengikuti kegiatan.
Pada program ini dilakukan penekanan terhadap optimalisasi peran kader dan tenaga kesehatan dalam rangka menurunkan AKB. Pada lini kader dan masyarakat diperlukan optimalisasi kegiatan posyandu dan pengawasan serta monitoring pada ibu hamil dalam satu kawasan posyandu / desa. Sedangkan tenaga kesehatan berperan dalam empat pilar yaitu antenatal care (ANC), persalinan, pasca-salin, dan pasca-lahir.
Program selanjutnya yang dilaksanakan pada minggu ke-3 adalah pendampingan masyarakat serta kader dalam program imunisasi. Pelaksanaan program ini telah banyak dibantu oleh pihak Puskesmas Jelbuk selaku mitra dari KKN Back to Village 3. Oleh karena itu sejak awal pelaksanaan program kerja telah dilakukan monitoring dan konsultasi secara berkala dengan pihak Puskesmas Jelbuk.
Selama pandemi COVID-19, mekanisme imunisasi tidak dapat berjalan seperti saat sebelum terjadinya pandemi. Keadaan menuntut untuk terus melakukan imunisasi untuk tercapainya kesehatan masyarakat meskipun pandemi berlangsung.
Oleh sebab itu pelaksanaan imunisasi saat ini dilaksanakan secara "Jemput Bola" yaitu para kader kesehatan dan puskesmas langsung datang kepada masyarakat yang membutuhkan. Pada program ini imunisasi yang diberikan adalah imunisasi polio untuk mencegah penyakit polio dan imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC.