Lihat ke Halaman Asli

Ilham TegarPrastyo

Mahasiswa S1 PGSD

Global Warming? Faktor Penyebab, Dampak bagi Manusia, dan Cara Mencegahnya

Diperbarui: 23 Desember 2023   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Global warming atau pemanasan global merupakan suatu peningkatan suhu rata-rata di atmosfer, laut, dan permukaan bumi secara bertahap selama beberapa dekade terakhir. Pemanasan global berhubungann dengan proses meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer bumi, kemudian sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas dalam bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi. 

Pada saat ini, suhu di permukaan bumi telah meningkat semenjak kurang lebih seratus tahun lalu, yaitu kurang lebih sebesar 0.18 oC. Meningkatnya suhu di bumi ini dapat terjadi karena meningkatnya emisi gas rumah kaca seperti karbondioksida (CO2), metana. Dinitro oksida, hidrofluorokarfon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer.

Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer bumi, kemudian sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas dalam bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi. 

Sebagian sinar infra merah dipantulkan kembali ke atmosfer dan ditangkap oleh gas-gas rumah kaca yang kemudian menyebabkan suhu bumi meningkat. Gas-gas rumah kaca terutama berupa karbon dioksida, metana dan nitrogen oksida. Kontribusi besar yang mengakibatkan akumulasi gas-gas kimia ini di atmosfir adalah aktivitas manusia.

Bertambahnya panasnya suhu bumi di atas telah menyebabkan bertambahnya air di permukaan bumi menguap. Kegiatan-kegiatan manusia penyebab fenomena di atas telah terjadi sejak abad 18 ketika di mulainya revolusi industri antara lain dibuatnya pabrik-pabrik, pembangkit listrik, kendaraan transportasi dan pertanian.

Efek Rumah Kaca: Efek rumah kaca adalah fenomena di mana atmosfer bumi menahan sebagian besar radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Gas-gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O), dan uap air, berperan dalam memperangkap panas dari matahari dan mencegahnya keluar dari atmosfer. 

Seiring dengan aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan kegiatan industri, konsentrasi gas-gas tersebut meningkat, menciptakan lapisan semacam 'selimut' di atmosfer. Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpa efek rumah kaca planet bumi akan menjadi sangat dingin lebih kurang -18C, sehingga seluruh permukaan bumi akan tertutup lapisan es. 

Dengan temperatur rata-rata sebesar 15C, bumi sebenarnya telah lebih panas 33C dengan efek rumah kaca. Meskipun efek rumah kaca secara alami diperlukan untuk menjaga suhu bumi agar cukup hangat, peningkatan berlebihan dalam konsentrasi gas-gas ini dapat menyebabkan pemanasan global.

Penyebab lain adanya pemanasan global adalah adanya penguapan balik dan efek radiasi infra merah, yang merupakan hasil dari efek balik. Salah satu contoh dari efek balik adalah adanya pelelehan permafost, yaitu lapisan tanah yang biasanya beku di daerah kutub. Pemanasan global menyebabkan permafost meleleh, dan bahan organik yang terkunci di dalamnya terurai menjadi gas metana, yang merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat daripada karbon dioksida. Pembebasan gas metana ke atmosfer dapat mempercepat terjadinya pemanasan global.

Selain itu, pemanasan global dapat diakibatkan karena adanya variasi matahari. Meskipun matahari adalah sumber energi utama bagi Bumi, perubahan dalam radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi hanya sedikit dalam skala waktu yang singkat. Meskipun aktivitas matahari mengalami siklus alami, termasuk siklus 11-tahunan dari bintik matahari dan siklus panjang yang lebih besar, pengaruhnya terhadap iklim Bumi dianggap kecil dibandingkan dengan dampak dari aktivitas antropogenik (aktivitas manusia). 

Selama beberapa dekade terakhir, data ilmiah menunjukkan bahwa radiasi matahari yang mencapai Bumi bahkan mengalami penurunan seiring waktu, sementara suhu global terus meningkat.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline