Lihat ke Halaman Asli

Ilham Taufiq

Teknisi di perusahaan swasta

Tren Pendakian dan Kisah Kelam di Baliknya

Diperbarui: 29 Mei 2024   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Danau Segara anak. Via Instagram angelagilsha

Indonesia merupakan salah satu negara yang dianugerahi kekayaan alam yang sangat melimpah, dari banyaknya kekayaan alam Indonesia, gunung-gunung yang termasuk didalamnya menjadi salah satu anugerah dengan potensi wisata yang dinilai besar sekali.

Tercatat Indonesia memiliki 400-an lebih gunung yang tersebar di seluruh Indonesia, hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat kegiatan outdoor khususnya para pendaki gunung. Menurut data dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), tahun 2020 ada seiktar 150 ribu wisatawan asing dan 3 juta wisatawan domestik yang mendaki gunung Indonesia. Diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2023.

beberapa gunung-gunung yang menjadi favorit seperti Rinjani dengan ketinggian 3.726 mdpl yang berada di Pulau Lombok, Danau Segara Anak menjadi andalan gunung ini untuk menarik wisatawan mengunjungi dan menaklukannya. Lalu ada Semeru dengan ketinggian  3.676 mdpl yang bedarada di Malang, Jawa Timur dan merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Sama hal nya dengan Rinjani, gunung ini memiliki Danau, Ranu Kumbolo yang menjadi incaran para wisatawan untuk mengabadikan momen pendakian mereka.

Tren mendaki dari waktu ke waktu semakin menjadi salah satu pilihan favorit terkhusus bagi kaum milenial, gen Z di tengah gencarnya issue mental healt. Gunung dianggap tempat yang indah dan keren ketika dapat menaklukannya dan mengabadikan momen-momen indah didalamnya. Gunung juga menjadi sebuah ruang khusus bagi kaum patah hati untuk mengobati luka.

Danau Ranu Kumbolo. Via Instagram dedimagination

Namun dibalik Megahnya keindahan gunung-gunung dan melonjaknya wisata pendakian, ada banyak sisi kelam di baliknya. Dengan meningkatnya wisatawan, maka meningkat pula pengunjung, maka aktivitas di dalamnya pun meningkat, dengan demikian membuat gunung-gunung tersebut yang pada hakikatnya merupakan habitat bagi berbagai macam flora dan fauna, yang mungkin beberapa dari mereka sudah dikategorikan sangat langka menjadi terganggu. belum lagi masalah sampah yang timbul dari aktivitas tersebut yang menjadikan masalah paling besar yang harus segera di selesaikan, bahkan masalah ini telah muncul sebelum wisata pendakian semelejit seperti sekarang. 

Fakta mengenai sampah ini sangat mengejutkan, terbukti pada Oktober 2023 lalu di gunung Rinjani telah dilakukan kegiatan clean up yang dimotori oleh  Balai Taman Nasional Gunung Rinjani bersama Forum Lingkar Rinjani, dari kegiatan tersebut terhitung sebanyak total 339 kilogram sampah dibersihkan yang mencakup area camp Plawangan menuju Danau Segara Anak, jalur pendakian Sembalun dan Torean.

Kemudian menurut data yang diambil oleh TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) tercatat bahwa setiap pengunjung membuang sampah rata-rata 0,5 kilogram, dan jika setiap hari ada 200 hingga 500 pendaki yang masuk ke kawasan TNBTS, maka dapat diperkirakan akan ada 250 kilogram sampah yang ditinggalkan setiap hari. Tentu saja ini menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan.

Sampah di Danau Ranu Kumbolo pasca melejitnya wisata pendakian di Indonesia

Sampah yang tersebar di Danau Segara Anak Rinjani. via Tribun Lombok

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline