Lihat ke Halaman Asli

ILHAM SUMARGA

Buruh Pendidik

Umat Manusia di Tengah Wabah Covid-19

Diperbarui: 2 April 2020   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

coronavirus | sumber: Radar Surabaya

Dalam sejarah panjang manusia, tentu pernah mengalami pasang surut kehidupan. Ada masa dimana kemusnahan massal muncul. Pun sebaliknya, ada masa dimana pertumbuhan begitu pesatnya.

Menghadapi situasi saat ini, ditengah gempuran tentara tak berwujud, umat manusia sedang diuji. Lantas apa yang akan dilakukan manusia? Sampai kapan berakhir wabah ini?

Tentu, kita semua berharap, wabah ini berakhir dengan cepat. Jika pun bisa, setelah tidur nyenyak semalam, dan esok paginya terdengar kabar bahwa covid-19 (coronavirus) musnah di muka bumi ini.

Mengulas tentang nasib. Banyak ragam prediksi yang bermunculan dan analisa dengan berbagai macam pandangan. Menurut saya, hal itu wajar, dikarenakan, manusia bisa berpikir, dan mencipta cara pandangnya masing-masing.

Namun, satu yang pasti. Bahwa perubahan umat manusia setelah wabah covid-19 (coronavirus) dalam kehidupannya akan drastis. Yakni dalam menjaga kesehatan. Selain dari sisi itu, banyak hal positif yang bisa kita dalami.

Pertama, menyadarkan kepada kita semuanya, bahwa kita sebagai manusia 'homo sapiens' tak berdaya akan gempuran virus mematikan ini. Data tertanggal 01 April 2020 menunjukan bahwa Situasi virus corona (COVID-19)  secara Global menginfeksi sebanyak 203 Negara, dengan rincian 754.948 Kasus terkonfirmasi:positif, dan Kematian sebanyak 36.571. Sedangkan di Indonesia, Positif sebanyak 1.677, dan Sembuh: 103, sedangkan Meninggal: 157.

Data diatas memberikan peringatan untuk kita semua bahwa: sebanyak apapun kuasa manusia, tak lagi berguna apabila terancam dalam hidupnya. Hingga banyak ragam kebijakan yang muncul, dengan berbagai macam pendekatan sains yang dipergunakan. Namun masih belum mampu menutup kran wabah ini secara cepat.

Kedua, kecintaan antar sesama mulai bermunculan. Semula sebagai manusia yang mempunyai ego tinggi, tak mengenal sesamanya secara mendalam, secara drastis bersimpati, dan berempati untuk bergabung bersama bahu membahu untuk membantu.

Membagikan sedikit harta, untuk sekedar membantu orang-orang yang hidup dari penghasilan harian. Strategi menghindari kontak langsung dengan manusia, berdampak bagi kehidupan manusia, salah satunya: muncul sosok filantropis.

Ketiga, kecintaan kita akan lingkungan. Banyak analisis dan pecinta lingkungan hidup memotret keindahan saat bangunan, ataupun gedung-gedung sepi dari hiruk pikuk manusia. Sampah yang bertebaran dijalan-jalan, mulai surut dengan seketika. Ataupun, langit yang mulai memberu, karena asap pabrik yang tidak beroperasi lagi.

Keempat, kecintaan kita terhadap keluarga. Mungkin benar pribahasa mengatakan bahwa: cinta kalau dipaksa, akan terbiasa. Terkadang, kesibukan kita akan pekerjaan, melupakan pada keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline