Lihat ke Halaman Asli

Gengsi Dong

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jupiter MX -google-

Barangkali sudah banyak yang membahas tentang gengsi. tulisan saya mungkin merangkum apa yang ada di sekitar saya. Gengsi Barang Baru /  Konsumerisme [caption id="" align="alignnone" width="572" caption="Jupiter MX -google-"][/caption] Ini cerita lama tentang sifat orang indonesia kan. misalnya begini, keluarga A membeli sepeda motor untuk kebutuhan transportasi anaknya yang berkuliah diluar kota. Tetangganya -yang sebenarnya tak butuh- ikut membeli motor baru buat istrinya arisan. Tetangga-tetangga selanjutnya pun tak mau kalah. Mereka memperbarui motor dengan tukar tambah dan kredit. Gara-gara gaya hidup seperti ini, Pendapatan Nasional Bruto Indonesia mayoritas menjadi berasal dari sektor konsumsi. Konsekuensi jika konsumsi meningkat tentu kemampuan saving/ investasi menurun. Akibatnya masa depan menjadi kurang terencana karena mementingkan gengsi itu tadi. Untuk mengakalinya orang harus menaikkan pendapatan. Biasanya diambil lah jalan pintas. Misalnya melalui pemotongan anggaran atau mencari proyekan. Gengsi Pekerjaan [caption id="" align="alignnone" width="275" caption="wawancara -google-"]

wawancara -google-

[/caption] Untuk fresh graduate, pekerjaan yang diimpikan tentu yang gampang pekerjaannya dan gaji pertama langsung besar. Kriteria seperti ini biasanya menjurus pada pekerjaan perbankan atau pegawai negeri. Tak heran bila ada lowongan di dua bidang itu pasti banyak pelamarnya. Sampai-sampai, ketika anda mengetikkan suatu keyword perusahaan terkemuka, bisa akan ada hasil pencarian ''lowongan kerja''. Semua jurusan pun bahkan bisa masuk. Gara-gara gengsi ini, banyak bidang kehidupan yang tidak berkembang karena orang yang punya keahlian tertentu justru masuk ke bidang yang populer. Ilmuwan-ilmuwan yang disekolahkan ke luar negeri pun tidak mau kembali untuk mengembangkan negaranya sendiri. Gengsi Bola [caption id="" align="alignnone" width="606" caption="timnas -google-"][/caption] Saya susah memasukkan urusan bola ini. Mau dimasukkan nasionalisme tapi kok hanya terjadi saat pertandingan bola. Saya masukkan ke dalam gengsi berdasarkan asumsi sikap ketika pertandingan tersebut. Gara-gara gengsi ini, seolah supporter Indonesia bisa menghalalkan semua cara agar timnas bisa menang. Menggunakan laser hijau, mem-bully tim lain, dan aksi anarkis seolah menjadi hal yang wajar. Overall, gengsi memang tak terlepaskan. Namun alangkah baiknya jika bisa dikendalikan. Ada yang mau menambahkan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline