Dengan pesatnya perkembangan Artificial Intelligence (AI) dunia pendidikan menghadapi tantangan besar yaitu bagaimana memanfaatkan teknologi ini tanpa mengorbankan peran esensial guru dalam pembelajaran di sekolah. Di tengah dorongan besar untuk mengintegrasikan AI ke dalam kurikulum, ada kekhawatiran bahwa hal ini bisa mengurangi aspek kemanusiaan dalam pendidikan.
Opini ini bisa berfokus pada argumen bahwa meskipun Kecerdasan buatan dapat mendukung pembelajaran dan efisiensi, pengembangan soft skills seperti empati, kepemimpinan, dan komunikasi tetap harus difasilitasi oleh interaksi langsung dengan guru dan teman.
Transformasi pendidikan yang ideal seharusnya menekankan keseimbangan antara teknologi dan sentuhan manusia agar menghasilkan generasi yang beretika secara teknis dan sosial.
Teknologi yang berkembang sekarang dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi tidak boleh sampai menghilangkan nilai-nilai humanistik yang menjadi dasar dari proses pendidikan yang sesungguhnya.
Keseimbangan antara teknologi dan peran manusia dalam pendidikan adalah kunci untuk menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga berempati, beretika, kreatif, dan mampu berkolaborasi dengan baik dalam masyarakat.
Pendekatan ini mendorong pemikiran kritis tentang bagaimana pendidikan harus beradaptasi, bukan hanya dengan menambahkan teknologi tetapi dengan menjaga kualitas pengajaran berbasis interaksi dengan sesama manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H