Lihat ke Halaman Asli

[Prosa] Ibu dan Rukmo untuk Pesisir Sidoarjo

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ancol jam lima sore. Rukmo merunduk, memunguti bebatuan. Impiannya menjadi pecahan tanah. Mata sayu ibunya teliti gelisah pada Rukmo: “di sini seperti di pesisir Sidoarjo, ya Mbok? Tidak ribut seperti di Jakarta."

Rukmo sedih, mengapa hanya ibunya yang bisa teduh. Geram tiba-tiba merabung pada bocah tujuh tahun itu. Di tempeleng lalat yang hinggap di koreng kakinya. "Ini juga Jakarta, tapi pinggiran, Mo..." Mata sayu, mulut gelembur ibunya mencoba menyabarkan. Rukmo merajuk. Ditatapinya mata ibunya yang begitu sabar menerima kegetiran dari dirinya: “Mbok, Rukmo ingin pulang,” bujuk Rukmo.

Sang ibu bergeming. Rukmo kian murung. Ibu selalu punya alasan terbaik buat anaknya itu. Rukmo angkat kendi bekas yang ditemukannya di antara sampah, lalu dengan geram kecil, Rukmo membanting kendi, pecah berantakan. Dilepasnya kesal dan derita ibunya sekaligus. Tanpa sandal. Tak peduli beling, kaki Rukmo mengayun. "Hei, Mo. Mau kemana?"

"Bu, mari pulang ke Sidoarjo!"

Ancol, 29 Mei 2007

Ditanggal yang sama, setahun setelah bencana lumpur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline