Lihat ke Halaman Asli

Dikotomi Pendidikan Islam

Diperbarui: 31 Mei 2016   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mengapa penemuan-penemuan yang kita manfaatkan sekarang jarang dari seorang muslim? Lampu, listrik, komputer, gadget bahkan aplikasi whatsapp (WA) yang sering kita gunakan sekarang tak satupun berasal dari penemuan seorang muslim. Apa peranan islam dalam peradaban manusia? Padahal kita selalu mengatakan islam adalah agama yg sempurna. dimanakah kesempurnaan itu?

Salah satu hal yang mendasar menjadi penyebabnya adalah dikotomi dalam dunia pendidikan di kalangan islam. Adanya anggapan mempelajari ilmu agama, hadist dan sebagainya jauh lebih mulia dibandingkan ilmu kedokteran, fisika atau keilmuan lainnya. Kita menemukan orang tua berbondong2 memasukkan anaknya menjadi santri dan mendalami ilmu agama. Pertanyaannya adalah, apakah ilmu kedokteran, fisika, komputer bukan ilmu islam atau ilmu yang dibolehkan dalam islam?

Saya ingin bercerita ttng seorang ulama besar dari mesir bernama Yusuf al-Qaradawi. Beliau adalah  cendekiawan muslim yang dikenal sebagai seorang Mujtahid pada era modern ini. Beliau juga seorang ketua majelis fatwa. Banyak dari fatwa yang telah dikeluarkan digunakan sebagai bahan Referensi atas dunia islam kontemporer. Qardhawi memiliki tujuh anak. Empat putri dan tiga putra. Sebagai seorang ulama beliau sangat membebaskan anaknya baik laki2 maupun perempuan untuk menuntut ilmu sesuai minatnya. Tidak ada perbedaan antara anak laki dan perempuan. Tidak ada perbedaan dalam memilih ilmu yang diminati anak2nya.

Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga dari Inggris, dan yang ketiga masih menempuh S3. Sedangkan anak yang keempat telah menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Texas Amerika. Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik elektro di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum Mesir. Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas teknik jurusan listrik.

Kita bisa menilai pandangan beliau terhadap pendidikan modern. Dari tujuh anaknya, hanya satu yang belajar di Universitas Darul Ulum Mesir dan menempuh pendidikan khusus agama islam. Sedangkan yang lainnya, mengambil pendidikan umum dan semuanya ditempuh di luar negeri.

Qardhawi merupakan seorang ulama yang menolak pembagian ilmu secara dikotomis. Semua ilmu bisa islami dan tidak islami, tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya. Pemisahan ilmu secara dikotomis itu, menurut Qardhawi, telah menghambat kemajuan umat Islam.

Adalah benar bahwa anak kita perlu bekal pendidikan dasar agama tapi tidak berarti mereka semua harus menjadi ahli tafsir, ahli hadist, ahli fikih dan sebagainya. Karena pada dasarnya semua ilmu adalah ilmu islami tergantung bagaimana kita mempergunakannya. Mungkin mereka akan menjadi dokter muslim ahli bedah yang hebat, astronot muslim yg hebat, atau programmer penemu aplikasi aplikasi yg banyak bermanfaat sperti halnya whatsapp, facebook dan lainnya di masa mendatang. Berhentilah untuk membeda-bedakan ilmu agama dan ilmu dunia atau kita kedepannya akan lebih jauh tertinggal.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline