Lihat ke Halaman Asli

Kritik Film "Lemantun"

Diperbarui: 11 Maret 2021   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lemantun" Merupakan film yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja. Film yang diproduksi sang sutradara saat masih kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IJK). Sekaligus tugas akhir sang sutradara saat masih menjadi mahasiswa (IJK). Film ini dibintangi oleh para artis senior dan eksekutif kondang dari Jawa Tengah yang di antaranya Tatik wardiono (ibu), Den Baguse Ngarsa (Kakak 1), Agus Kencrot (Kakak 2), Titik Renggani (Kakak 3), Trianto Hapsoro (Kakak 4), dan Freddy Rotterdam (Tri, Anak bungsu).

Film "Lemantun" menceritakan tentang seorang ibu yang sedang membagikan warisan berupa sebuah lemari kepada kelima anaknya. Keempat anak ibu ini terbilang sukses karena bahkan ada anaknya yang sudah menjadi dokter dan ketiga anaknya yang lain pun sudah memiliki gelar masing-masing, terkecuali anak bungsu yang bernama Tri dia hanya berjualan bensin eceran di depan rumah ibunya tersebut dikarenakan Tri ini sebenarnya mengurus ibunya seorang diri, jadi tidak ada kesempatan dirinya untuk bisa melanjutkan pendidikannya seperti kakak-kakaknya yang sudah sukses.

Diceritakan bahwa sang ibu ketika melahirkan dia akan membeli 1 buah lemari untuk anaknya begitu seterusnya hingga anak terakhir, sebetulnya di balik lemari itu ada sebuah makna yang terkandung di dalamnya. Setelah si ibu membagikan warisannya, setiap anak diharuskan untuk mengambil sebuah nomor yang di mana nomor itu adalah nomor lemari yang akan mereka dapatkan.

Setelah semua anak mendapatkan masing-masing lemarinya sang ibu lalu menyuruh anaknya untuk segera membawa pulang lemari tersebut, jika tidak segera dibawa pulang maka setiap harinya mereka akan diberi denda seratus ribu. Dan keempat anaknya pun langsung membawa lemarinya, kecuali Tri dikarenakan sang ibu menyuruh Tri untuk tidak membawa lemarinya kemana-mana. Setelah keempat anaknya itu pulang sang ibu pun meminta Tri untuk menggantikan ibunya memasak karena ibunya mau mandi dulu, tapi setelah beberapa saat kemudian terdengar suara jatuh di "air", dan ternyata si ibu ini terjatuh.

Setelah film usai diperlihatkan bahwa setiap lemari yang telah ibu ini berikan kepada setiap anaknya, ternyata ada yang menyimpannya di kantor, ada juga yang disimpan di gudang dan bahkan ada yang menjual lemari tersebut.

Sebetulnya film ini memiliki banyak makna dibalik semua perkataan ataupun tindakannya. Contohnya saja ketika sang ibu menyuruh anak-anaknya untuk segera membawa pulang lemarinya "Ibu Kepingin Sore ini kamu bawa Pulang" Bagi yang merantau Pulang adalah ke rumah orang tua di desa. tapi bagi mereka yang sudah punya rumah di kota akan memiliki artian lain.

Dan ketika ibu berkata "Kamu saya denda 100.000 perhari" 100rb bagi mereka harusnya bukan hal besar. toh itu buat ibunya sendiri bukan buat orang lain. tapi mereka malah segera minta orang untuk membawanya.

Dan juga ketika kata kata "Ibu tidak ingin kepikiran " rasanya sebuah hal yang umum di lakukan wanita. Untuk yang mengerti saja. Terkadang wanita tidak langsung berbicara tujuannya, tapi mengetes kita bisa mengerti apa yang dia inginkan.

Tentu sang ibu ketika menjelaskan "setiap kelahiran anaknya beli lemari" harusnya Lemari adalah kenangan setiap kelahiran. karena bagi wanita umumnya kelahiran adalah hal yang membahagiakan dan Lemari adalah Cara untuk mengenang. Seolah ingin membiarkan kenangan itu pergi dari rumah karena sakit hati, "Kenangannya(Lemari) ada tapi anaknya sudah pada tidak ada" dan di iyakan oleh 4 Anaknya.

Jatuh di Kamar mandi adalah Bukti, Karena orang tua Sering jatuh ketika Sedih Nangis Kepikiran atau Stress. (Untuk yang pernah mengurus orang tua pasti mengerti) Mungkin saja. Sang Ibu Kecewa dan sedih dan Akhirnya Jatuh di Kamar Mandi. Kenapa Kamar Mandi? Terkadang Kamar Mandi adalah tempat menangis terbaik karena Suara Air mampu menutupi suara tangis agar orang lain tidak tahu.

Tri, adalah seorang anak yang mendapatkan paling sedikit, namun memiliki dedikasi paling banyak. Sebuah ironi yang nyata ada di hidup ini. Terkadang kita sebagai anak bisa bangga terlepas dari orang tua. Namun ada juga dari kita yang harus merawat orang tuanya, sementara yang lain sibuk menata keluarga kecilnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline