Malang -- Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit kronis yang memerlukan perhatian dan pengelolaan serius dari penderitanya. Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup penderita, berbagai langkah harus diambil, termasuk mematuhi penatalaksanaan yang dikenal sebagai pilar DM. Pilar ini meliputi pengaturan pola makan, aktivitas fisik, pengobatan teratur, serta pemantauan kadar gula darah. Namun, seberapa besar kepatuhan pada pilar-pilar ini mempengaruhi kualitas hidup penderita DM?
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Lilis dan Erma, dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), memberikan gambaran menarik tentang hubungan antara kepatuhan pada pengelolaan diabetes dengan kualitas hidup atau yang dikenal sebagai Health Related Quality of Life (HRQOL). Studi ini menggunakan metode cross sectional study dengan teknik purposive sampling, yang bertujuan untuk menilai bagaimana kepatuhan pasien berhubungan dengan kualitas hidup mereka.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan menggunakan uji statistik Spearman-Rank yang menunjukkan hasil sebesar 0,988 dengan tingkat signifikansi di bawah 0,05. Artinya, secara statistik, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat kepatuhan pasien dengan kualitas hidup mereka. Temuan ini tentu menimbulkan pertanyaan penting: jika kepatuhan pada pengelolaan diabetes tidak cukup untuk meningkatkan kualitas hidup, faktor lain apa yang seharusnya diperhatikan?
Kualitas Hidup Dipengaruhi Banyak Aspek
Menurut Lilis, kualitas hidup penderita DM dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi psikologis, dukungan sosial, serta pengelolaan stres. "Penderita diabetes tidak hanya berjuang untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil, tetapi juga menghadapi tantangan emosional yang besar. Kondisi ini dapat mempengaruhi bagaimana mereka menilai kualitas hidup mereka sendiri," ujarnya.
Sementara itu, Erma menambahkan bahwa faktor ekonomi dan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai juga memainkan peran penting. "Kepatuhan dalam mengelola diabetes memang penting, tetapi jika pasien tidak memiliki akses ke obat-obatan yang terjangkau atau edukasi kesehatan yang cukup, usaha mereka bisa menjadi kurang efektif," jelasnya.
Lebih lanjut, mereka menjelaskan bahwa edukasi kesehatan yang berkelanjutan sangat dibutuhkan. Banyak pasien yang mungkin mematuhi anjuran medis tanpa benar-benar memahami alasan di balik setiap tindakan yang diambil. "Pengetahuan yang baik adalah fondasi utama dalam penanganan penyakit kronis seperti diabetes," kata Lilis.
Pentingnya Pendekatan Holistik
Hasil penelitian ini menegaskan bahwa pendekatan holistik sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes. Pendekatan yang hanya berfokus pada satu aspek---seperti kepatuhan medis---tidak cukup untuk membawa perubahan yang signifikan. Penderita memerlukan dukungan multidimensi yang mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Sebagai langkah awal, masyarakat diharapkan lebih peduli pada edukasi kesehatan tentang diabetes. Selain itu, fasilitas kesehatan dan tenaga medis juga perlu memperluas cakupan pelayanan yang lebih komprehensif, mencakup konseling psikologis dan program dukungan komunitas bagi para penderita DM.
Penelitian ini memberikan wawasan bahwa kualitas hidup penderita diabetes tidak bisa ditingkatkan hanya dengan kepatuhan pada pengobatan. Tantangan yang dihadapi jauh lebih luas dan memerlukan pendekatan yang terpadu dari berbagai pihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H