Lihat ke Halaman Asli

Ilham Kurniawan

Mahasiswa Matematika Universitas Diponegoro

Fenomena Pengangguran Terdidik

Diperbarui: 22 Oktober 2024   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Memiliki pekerjaan dengan gaji yang layak merupakan impian banyak orang. Impian tersebut memerlukan pendidikan sebagai syarat perlu agar seseorang memiliki pekerjaan. Namun, tidak semua orang dapat meraih impian tersebut padahal sudah mendapatkan pendidikan. Ketika seseorang yang sudah berpendidikan tetapi belum memiliki pekerjaan disebut pengangguran terdidik. Pengangguran terdidik merupakan fenomena yang terjadi hampir di berbagai negara, termasuk Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, tentu memerlukan sumber daya manusia unggul untuk mengolahnya, tetapi masih terdapat pengangguran terdidik di Indonesia.

Mengutip dari situs web Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran terbuka di Indonesia menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada Februari 2024 yaitu 7.194.862 orang. Sebanyak 2.107.781 orang lulusan SMA, 1.621.672 lulusan SMK, 173.846 lulusan diploma, dan 871.860 lulusan universitas. Dari data tersebut, sekitar 66% dari jumlah pengangguran terbuka di Indonesia adalah pengangguran terdidik. Idealnya semakin tinggi taraf pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah mendapat pekerjaan. Namun, faktanyat idak seperti itu.

Mendapatkan pekerjaan di era sekarang yang serba instan memang tidak mudah. Mudahnya akses informasi dan komunikasi yang ada juga menimbulkan tantangan tersendiri. Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya pengangguran terdidik. Berikut beberapa fakor yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

1. Daya Saing yang Tinggi

Semakin banyaknya orang yang membutuhkan perkerjaan, tentu makin sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Dari sekian banyaknya para pelamar kerja, yang dipilih hanyalah orang yang mampu memiliki keahlian khusus. Orang yang memiliki keahlian khusus juga terbatas jumlahnya.

2. Keterbatasan Lapangan Pekerjaan

Tidak hanya lulusan pada tahun ini saja yang mencari pekerjaan, lulusan dari tahun-tahun sebelumnya yang belum memiliki pekerjaan juga mencari pekerjaan. Hal ini menyebabkan penumpukan orang pencari kerja. Padahal jumlah pencari kerja tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan pekerjaan di Indonesia. Sehingga, banyak orang tidak mendapatkan pekerjaan.

3. Kriteria Kerja yang Tidak Masuk Akal

Sering dijumpai kriteria melamar pekerjaan seperti maksimal umur 25 tahun dan pengalaman kerja 2 tahun. Tentu sebagai fresh graduate yang berumur 21 tahun dan belum mempunyai pengalaman kerja kesulitan untuk menyanggupi kriteria tersebut. Jika seperti itu, seorang fresh graduate dapat memiliki pekerjaan saat umur 23 tahun atau bahkan tidak sama sekali.

4. Koneksi

Koneksi tidak kalah penting untuk medapatkan pekerjaan. Banyak informasi tentang lowongan pekerjaan yang hanya kita temukan ketika kita memiliki koneksi. Ketika kita tidak memiliki koneksi sama sekali, peluang mendapat pekerjaan menjadi kecil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline