Peringatan Hari Habitat Dunia (HHD) pertama kali diselenggarakan di Nairobi, Kenya dengan tema “Shelter is my right” (Rumah adalah hak saya) sebagai perwujudan dari Konferensi Habitat 1 atau United Nation Conference on Human Settlement di Vancouver, Kanada pada tahun 1976. Setiap tahunnya pada hari senin, minggu pertama Oktober, Hari Habitat Dunia (World Habitat Day) diperingati dengan tema-tema yang berbeda oleh Badan PBB yang membidangi bidang permukiman yaitu United Nation Human Settlements Programme (UN-Habitat) dan negara-negara anggota PBB termasuk Indonesia. Agenda utama Habitat ialah Hunian yang layak bagi semua dan urbanisasi yang berkelanjutan.
UN-Habitat menyelenggarakan Global Observance yaitu pengamatan global atas usaha peningkatan kualitas permukiman di kota terpilih dan penghargaan kepada organisasi atau individu yang berjasa terhadap pengembangan permukiman. Pada tahun 2015, Peringatan Hari Habitat Dunia menggunakan tema “Public Space for All” untuk mengangkat isu mengenai ruang publik dan Denpasar terpilih sebagai tuan rumah peringatan HHD 2015. Di Indonesia, Peringatan HHD diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Sekretariat Nasional Habitat Indonesia.
Bersamaan dengan berlangsungnya Peringatan HHD 2015, Kementerian PUPR dan UN-Habitat menyelenggarakan event Asia Pacific Urban Youth Assembly at APUF-6 (APUFY) pada tanggal 17-18 Oktober 2015 di Jakarta. Sebelum diadakan main event APUFY, Kementerian PUPR mengadakan kegiatan pembekalan kepada 150 delegasi Indonesia yang terdiri dari pemuda berusia 15-35 tahun melalui acara Pre-Event APUFY di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta pada tanggal 21-22 September 2015.
[caption caption="150 Peserta Pre-Event APUFY yang menjadi Delegasi Indonesia di Main Event APUFY"][/caption]
Keterlibatan kaum muda begitu penting dalam membahas isu ruang publik, melihat populasi kaum muda begitu besar terutama di Indonesia yang diuntungkan dengan adanya bonus demografi. Pemuda menjadi pendorong utama dari urbanisasi yang merupakan motor penggerak dunia menuju kemakmuran di abad-21 dimana 3 milliar manusia berada pada usia dibawah 25 tahun dan sekitar 1,8 milliar berada pada rentang usia 12-24 tahun. Diperkirakan bahwa pada tahun 2036 sekitar 60% dari semua penduduk akan berada pada usia rentang 12-24 tahun.
Sehubungan dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs) yang menggantikan Millenium Development Goals (MDGs) sudah sepatutnya kaum muda dilibatkan sebagai Stakeholder, pemerhati, dan pemimpin bagi pembangunan perkotaan yang berkelanjutan serta memahami isu-isu dalam SDGs yaitu
- Combating Poverty
- Changing Consumption Patterns
- Promoting Sustainable Human Settlement Development
- Biodiversity and Forest
- Oceans
- Water Resources
- Advancing Food Securities
- Energy including from Renewable Resources.
Kaum muda juga dilibatkan berpartisipasi untuk memberikan perlindungan bagi lingkungan perkotaan, meningkatkan tata kelola perkotaan yang mencerminkan program SDGs, dan memimpin dengan menggunakan pendekatan yang inovatif, problem based learning, dan entrepreneurship dalam proses pelaksanaannya. Kaum muda dapat menjadi investasi masa depan ketika pembangunan berjalan secara sustainable dan inklusif. Melalui kegiatan APUFY dilakukan upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan kaum muda agar dapat memahami permasalahan urban (perkotaan) dan mampu memberikan solusi penyelesaian. Target yang ingin dicapai dari kegiatan APUFY yaitu:
- Untuk menunjukan kemampuan kaum muda dan pengetahuan dengan model kepemimpinan mengacu pada volunteerism, manajemen, dan partisipasi dalam kegiatan inovatif serta bermanfaat.
- Untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas berdasarkan dari berbagai model kepemimpinan kaum muda yang sukses dengan solusinya.
- Untuk memperkuat suara kaum muda Asia-Pasifik dalam dialog kebijakan perkotaan pada tingkat regional dan global yang berhubungan dengan kegiatan APUF-6 dan kegiatan program UN-Habitat (Hari Habitat Dunia 2015)
- Untuk membicarakan isu-isu prioritas dan startegis untuk memperkuat partisipasi kaum muda dalam tata kelola perkotaan di Asia-Pasifik.
Pada hari pertama Pre-Event APUFY dimulai dengan acara Plenary Session mengenai “Implementing the SDGs and New Urban Agenda, The Role of Local Government”. Sesi ini disampaikan oleh Bapak Wicaksono Saroso, Ph.D dengan judul presentasi “Masa Depan Kota Kita, Masa Depan Kita: Skenario, Tantangan, dan Usaha Agenda Perkotaan bagi Indonesia”. Lalu dilanjutkan dengan acara sesi paralel dengan 10 tema dimana 150 peserta APUFY dipecah menjadi 10 kelompok dan mengikuti 2 hingga 3 sesi yang berbeda selama sesi paralel berlangsung. 10 tema yang dipilih dalam sesi paralel yaitu:
- Child-Friendly City
- Youth Leadership in Disaster and Beyond
- Investing in Youth Initiatives (Financing Mechanism)
- Youth Civic Media Training
- Data Innovation and Inclusives Cities
- Parcipatory Public Space/Infrastructure Design
- Innovating Our Way Out of Traffic Jam
- Toward Socially Responsible Real Estate Development
- Out of The Box Urban Policy (Dialogue with Mayors)
- Youth Led Waste Managemen
Khusus sesi Youth Civic Media Training diadakan sebanyak 2 sesi, jadi yang memilih sesi tersebut hanya mendapatkan 2 sesi paralel yang berbeda. Pada masing-masing 10 tema sesi paralel, tiap peserta APUFY dalam satu sesi paralel yang sama ditugaskan untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD) mengenai tema yang dibahas pada sesi tersebut dan mempresentasikan hasil diskusi kepada peserta sesi parlelel lainnya. Telihat antusiasme dan keaktifan para peserta APUFY ketika menyampaikan gagasan mereka mengenai isu ruang publik (Tata Kelola Perkotaan) dan New Urban Agenda.
[caption caption="Foto Bersama saat Sesi Paralel Pre-Event APUFY"]
[/caption]
Pada sesi paralel pertama, saya menigkuti sesi Youth Civic Media Training yang membahas mengenai bagaimana cara membuat suatu kampanye yang berhubungan dengan Urban Development dan bagaimana memilih media komunikasi yang tepat untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Saya bersama rekan sekolompok memilih topik pembahasan Vulnarable Urban Population yang terdiri dari imigran, minoritas, pengungsi (refugee), dan komponen lainnya yang merupakan bagian dari urbanisasi untuk dilibatkan dalam proses pembangunan perkotaan. Media kampanye yang dipilih adalah poster untuk menciptakan kesadaran di masyarkat bahwa Vulnarable Urban Population merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri.