Mendekati tahun politik, sudah pasti menjadi masa dimana para aktor politik muncul di berbagai platform media atau bahkan secara langsung kepada masyarakat.
Berbagai dinamika yang terjadi di kalangan para elit menjadi bumbu yang membuat tahun politik semakin hangat atau bahkan memanas.
Sembari membentuk peta koalisi masing-masing untuk menyongsong persaingan, para politisi ini juga menyajikan berbagai intrik politiknya untuk mengambil simpati publik.
Digitalisasi media di era modern seperti saat ini, membuat setiap peristiwa serta pesan-pesan politik kini lebih mudah untuk sampai kepada masyarakat dari berbagai kalangan.
Berita-berita serta informasi politik tidak hanya bisa didapat dari televisi atau media cetak, melainkan juga melalui media online, sosial media, bahkan grup-grup whatsapp keluarga.
Semakin masifnya penyebaran informasi membuat semakin sulitnya dan nyaris mustahil memberikan filter. Kini semua itu diserahkan pada individu masing-masing, terkait konten seperti apa yang kemudian ingin dikonsumsi.
Maka dari itu, menjadi sangat penting untuk kita dapat menanggapi setiap informasi tersebut secara kritis, tidak mudah terprovokasi, termakan hoax, dan yang terpenting tidak mudah "baperan".
Belajar Dari Masa Lalu
Bila menilik ke belakang, tentu saja peristiwa pasca pemilu 2019 yang lalu dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Polarisasi yang terjadi di masyarakat begitu kuat sampai tak jarang memicu terjadinya konflik.
Sentimen negatif timbul di berbagai kalangan masyarakat seiring memanasnya persaingan di antara para elit politik yang bersaing. Seolah-olah, setiap yang berbeda pandangan adalah seorang musuh.