Lihat ke Halaman Asli

Harga Stabil: Berkah Ramadhan

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pedagang bawang merah, Pasar Legi Solo tengah mempersiapkan dagangannya untuk kemudian didistribusikan di wilayah Solo

[caption id="" align="aligncenter" width="520" caption="Pedagang bawang merah, Pasar Legi Solo tengah mempersiapkan dagangannya untuk kemudian didistribusikan di wilayah Solo. (Dok. Pribadi/Ilham Fariq Maulana)"][/caption]

Sebagai salah satu negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi yang tinggi selama Bulan Ramadhan. Pada bulan suci ini masyarakat Indonesia memiliki habits konsumsi khususnya barang-barang kebutuhan rumah tangga yang diperlukan selama bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi masyarakat yang sudah mendarah daging ini sedikit-banyak memiliki pengaruh terhadap stabilitas harga dan tingkat inflasi ekonomi. Sudah menjadi tren bahwa setiap tahun pada awal dan minggu pertama bulan Ramadhan konsumsi masyarakat meningkat dibarengi dengan naiknya harga dan inflasi.

Peningkatan ini pun cenderung fluktuatif dengan model meningkat pada awal kemudian kembali normal pada pertengahan dan kembali naik pada akhir Ramadhan. Ini merupakan gambaran fenomena ekonomi tahunan yang ada di Indonesia.  Ramadhan 1435H kali ini pun konsumsi masyarakat meningkat sebesar 30-40%. Dengan perkiraan harga kebutuhan bahan pangan olahan pokok akan naik sebesar 15-20%

(sumber: Selama Ramadhan Tingkat Konsumsi Naik 15-20 persen)

Dikutip dari bi.go.id pada inflasi menjelang Ramadhan masih didorong oleh inflasi volatile food yang mencapai 1,06% (mtm) atau 6,74% (yoy). Komoditas yang mengalami kenaikan tertinggi adalah bawang merah dan bawang putih serta daging ayam dan telur ayam. Menjadi pertanyaan adalah ketika mendekati bulan Ramadhan, setiap produsen tentunya akan memproduksi dengan jumlah yang lebih banyak dan distribusi barang yang telah dilakukan sedari lama pada pasaran. Tetapi mengapa harga barang menjadi naik ? Apa yang menjadikan pola harga ini naik perlu untuk diketahui dan diberikan antisipasi sebagai bentuk penanggulan dan persiapan agar kenaikan harga tidak terjadi secara repetitif.

Dalam bauran pemasaran, harga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pemasaran suatu produk. Tinggi rendahnya harga selalu menjadi perhatian utama para konsumen saat mereka mencari suatu produk. Ketika konsumen mencari suatu produk tentunya akan dipengaruhi berbagai faktor kebutuhan baik segi waktu, urgensitas, dan tren. Tren Konsumsi Ramadhan merupakan momen yang menguntungkan baik bagi produsen dan juga konsumen juga penyebab dari meningkatnya inflasi juga harga, alasannya adalah sebagai berikut:


  1. Tingkat konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat. Pada menjelang dan awal Ramadhan masyarakat memiliki tendensi untuk melakukan persiapan dan memborong sejumlah barang kebutuhan untuk stok selama bulan Ramadhan. Hal ini mengarahkan harga meningkat, karena tingginya permintaan. Meski barang sudah tersedia dalam jumlah yang cukup tetapi tingkat konsumsi masyarakat terutama jumlah penduduk masyarakat Indonesia yang besar dapat membuat jumlah barang tidak bisa memenuhi seluruh permintaan di pasaran.
  2. Perilaku membelanjakan uang. Pada bulan Ramadhan masyarakat cenderung sering membelanjakan uang. Hal ini ditunjukkan dengan membelanjakan barang-barang tingkat sekunder pada masa menjelang Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat cenderung menabungkan uang pada bulan-bulan sebelumnya dengan tujuan untuk dibelanjakan selama bulan Ramadhan.
  3. Munculnya beragam inovasi produk. Ramadhan salah satu momen yang tepat bagi para produsen untuk meluncurkan produk-produk inovasi baru mereka, dengan momentum meningkatnya permintaan masyarakat. Disamping itu masyarakat sendiri dapat menemukan beragam inovasi produk terbaru sebagai salah satu pemuas kebutuhan  selama bulan Ramadhan.
  4. Ekspektasi Masyarakat. Merupakan faktor yang secara psikologis pada masyarakat baik produsen dan konsumen yang menganggap bahwa masa Ramadhan dan Lebaran harga-harga barang akan naik. Sehingga secara tidak langsung ini dapat mempengaruhi tingkat kenaikan harga.
  5. Momen berkumpul bersama sanak saudara. Salah satu budaya unik di masyarakat kita adalah pulang kampung alias mudik. Bertemu sanak saudara menjadikan momen mudik sebagai salah satu faktor tren konsumsi Ramadhan terbesar yang mendorong masyarakat untuk membeli barang-barang. Seperti tiket transportasi, kebutuhan sandang, dan sebagainya.


Melihat dari alasan-alasan di atas tentunya dapat memunculkan dampak diantaranya adalah  bertambahnya laju inflasi dan harga barang meningkat. Apabila merujuk pada referensi Bank Indonesia, inflasi pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri cenderungnya dipengaruhi oleh kawasan daerah di kota-kota di Jawa, tetapi kawasan Sumatera dan kawasan timur Indonesia cenderung memberikan tingkat inflasi yang lebih tinggi dibandingkan kota-kota di Jawa. Sebagai pengawas kebijakan moneter dan makroprudensial, Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia perlu untuk mengambil beberapa langkah di dalam antisipasi meningkatnya inflasi selama bulan Ramadhan.

Bank Indonesia bekerja sama dengan pemerintah perlu melakukan pengawasan dan penanggulangan inflasi :


  • Melakukan pengawasan dan koordinasi bersama pemerintah (TPI dan Pokjanas TPID) dan pemerintah daerah (TPID) dalam menekan tingkat inflasi selama bulan Ramadhan dan memitigasi risiko inflasi.

  • Terus melakukan komunikasi yang intens dalam mengelola ekspektasi inflasi menjelang hari besar keagamaan melalui 4K (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi) dan meminimalkan tekanan harga pangan yang mulai meningkat.


(sumber: Peranan Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Perekonomian)

(sumber: Antisipasi Pengendalian Inflasi Menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri)


  • Menekan tingkat inflasi dengan mempertahankan BI rate yang ada yakni sebesar 7,5% hingga inflasi turun pada tingkat normal. Dengan BI rate sebesar 7,5% mampu menekan pelaku bisnis tidak melakukan kredit modal dalam tingkat besar serta mendorong masyarakat untuk lebih menyimpan uang pada bank.

  • Bank Indonesia perlu menguatkan fungsi pengawasan makroprudensial dalam sistemik keuangan negara, efektivitas kebijakan moneter, dan kelancaran sistem pembayaran. Berupa memaksimalkan fungsi intermediasi, mengefisiensi sistem keuangan, dan aksesbilitas keuangan.


Pada bagian menekan harga di tingkat yang stabil maka selayaknya perlu ada tiga tahap antisipasi dan penanggulan harga selama bulan Ramadhan:

1. Pra- Ramadhan, yakni dengan Bank Indonesia melakukan komunikasi aktif kepada masyarakat mengenai antisipasi dan koordinasi bersama pemerintah dalam menekan inflasi menjelang Ramadhan. Kemudian pengadaan operasi pasar untuk mencegah tindakan-tindakan penimbunan barang terutama stok barang pokok, pengawasan ini diarahkan baik kepada produsen dan distributor di pasaran. Pada produsen perlu perencanaan yang terkoordinasi dalam pemenuhan permintaan barang dipasaran. Adapun perlunya sistem distribusi yang merata dengan melihat kota-kota yang akan memberi permintaan yang tinggi.

2. Selama Ramadhan, melakukan pengawasan dan kajian pada pergerakan harga-harga barang selama bulan Ramadhan. Dengan begitu meminimalisasi pergerakan laju inflasi  yang merugikan. Pengawasan harga-harga dilakukan dengan cara integrasi antardaerah sehingga laju inflasi tidak terpaut jauh pada antardaerah. Selain itu adalah kontrol barang dengan melakukan kontrol barang diharapkan dapat diketahui ketimpangan ketersediaan barang pada pasaran. Dengan pengkajian penanggulangan tingkat inflasi dan kenaikan harga dapat diatasi dengan tepat dan stabil selama bulan Ramadhan hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri.

3. Pasca Ramadhan, pengadaan evaluasi pergerakan harga-harga dan laju inflasi selama bulan Ramadhan. Selain itu adalah evaluasi kebijakan moneter dan pengawasan makroprudensial yang dilaksanakan selama bulan Ramadhan. Fungsi evaluasi ini adalah menemukan kelemahan dan kekurangan yang dilakukan untuk menekan laju inflasi dan kenaikan harga pada selanjutnya untuk dirumuskan sebagai dasar tata cara antisipasi dan penanggulan inflasi pada tahun berikutnya.

Melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung stabil dan akan dimulainya berbagai kebijakan ekonomi baru seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area) pada tahun depan diharapkan memberikan kesejahteraan pada masyarakat. Selain itu tugas dan wewenang Bank Indonesia yang kini berbasis pengawasan makroprudensial pada stabilitas sistem keuangan dinantikan dapat memberikan kemajuan ekonomi Indonesia di masa pemerintahan yang baru nanti. Jaya bangsaku, Jaya Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline