Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Biaya Kuliah yang Mematikan Kelas Menengah

Diperbarui: 18 Mei 2024   09:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. (Dok Universitas Multimedia Nusantara dipublikasikan kompas.com)

Kuliah tak wajib, tapi kuliah memberi cara pandang yang komprehensif. Membangun logika dan pengetahuan lebih baik. Berpotensi membangun kemanusiaan yang unggul. Kendala kini adalah biaya kuliah yang mahal.

Jika biaya kuliah mahal, maka yang repot adalah kelas menengah. Mau minta kemudahan bayar biaya kuliah tak elok, mau membayar biaya kuliah tak sanggup.

Aku membayangkan, jika jadi remaja di masa sekarang, maka aku tak akan bisa kuliah. Sebab aku adalah anak orang menengah tapi cenderung ke bawah.

Dulu di awal masa Reformasi, aku kuliah dengan biaya yang sangat murah. Selama 4,5 tahun kuliah, aku kalkulasi sampai rinci. Berapa pengeluaran bapakku untuk membiayaiku selama 4,5 tahun?

Aku hitung biaya SPP, kost, bayar KKN, makan, beli sabun, dan macam-macam. Aku hitung selama 4,5 tahun, bapakku total mengeluarkan Rp25 juta.

Hanya Rp25 juta selama 4,5 tahun. Itu adalah nilai yang sangat murah dan kecil jika dibandingkan dengan biaya kuliah masa kini. Selama kuliah aku juga tak pernah menerima beasiswa karena ekonomiku nanggung, kepandaianku juga nanggung.

Mau minta beasiswa anak miskin malu karena banyak yang lebih butuh selain aku. Mau minta beasiswa untuk yang pandai juga malu wong nilaiku pas-pasan. Jadi aku kuliah full biaya orangtua yang kembang kempis. Sampai beberapa harta orangtua dijual.

Tapi sekali lagi silakan bayangkan, bapakku hanya mengeluarkan uang Rp25 juta. Dulu sehari makan tiga kali hanya butuh Rp4.500. Tak ada biaya bensin karena aku tak punya sepeda motor. Ke mana mana jalan kaki. Mentok naik angkot. Naik angkot mungkin sebulan hanya empat kali.

Tak ada biaya pulsa atau paketan. Telepon genggam di masa itu adalah mahal. Hanya milik orang kaya. Selama kuliah aku hanya mengandalkan janjian, tak ada pesan pendek atau telepon.

Kalau mau telepon rumah, pakai telepon umum, teleponnya ke rumah saudara. Aku telepon ke rumah saudara, nanti keluargaku nyamperin ke rumah saudara yang hanya berjarak kurang dari 10 meter dari rumahku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline