Aku punya dua teman. Teman saat SMA dulu. Kini keduanya dan juga aku, makin berumur. Kami hidup dengan cerita masing-masing. Aku ingin cerita padamu tentang relasi dua temanku itu. Namanya Budi dan Adi. Dahulu saat SMA, keduanya tak terlalu akrab, tapi juga tidak terlalu jauh. Biasa-biasa saja.
Kini, setelah beberapa tahun berlalu, keduanya sering bertemu. Rumah Budi dan Adi terpaut 25 Km. Jadi kalau naik motor kisaran satu jam perjalanan. Cukup jauh sebenarnya.
Adi, yang kerja di sebuah perusahaan, mendatangi rumah Budi. Kali pertama tentu silaturahmi. Kemudian, Adi menawarkan kredit ke Budi. Kredit macam-macam. Mulai dari sepeda motor dan keperluan rumah tangga.
"Aku tidak kredit," kata Budi.
"Mengapa?" tanya Adi.
"Tak apa-apa," kata Budi.
Adi adalah orang yang sangat suka bertarung, suka tantangan. Semakin ditolak, semakin dia membara untuk merayu. Kali kedua, Adi kembali menyambangi rumah Budi. Oiya, Adi menyambangi rumah Budi ketika akhir pekan.
Adegan terakhir dari perbincangan keduanya tetap sama. Adi menawarkan kredit, dan Budi tidak mau kredit. Budi juga tidak mau menjelaskan mengapa dia tak mau kredit.
Ketiga, keempat, dan seterusnya, Adi terus mendatangi Budi di akhir pekan. Kadang sekali sepekan, kadang dua pekan sekali. Kadang tiga pekan sekali. Kadang empat pekan sekali. Budi terus didatangi dan didatangi.
Adi yakin, bahwa seseorang akan luluh juga ketika terus dia datangi. Seseorang akhirnya akan mengambil kredit padanya. "Apa tidak kasihan dia padaku, terus mendatangi, menawarkan, dan mengeluarkan banyak biaya untuk ke rumahnya, masa tak mau kredit," kata Adi di dalam hatinya.