Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Memahami Mengapa Orang Pamer saat Mudik

Diperbarui: 9 April 2024   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. (Kompas.com/kristianto purnomo)

Ini imbauan ke diri sendiri. Imbauannya, kalau mudik jangan pamer. Tapi kalau ada orang pamer saat mudik, pahami juga bahwa sebetulnya mereka adalah bagian dari kerancuan hidup, yang mungkin kita berinvestasi di dalamnya.

Saya usahakan, kalau mudik jangan pamer. Biasa saja. Sapa tetangga atau bersalaman. Kata guru ngaji saya, keguyuban itu bisa dipupuk melalui dua hal, sapa dan bersalaman.

Tentu sapa dan bersalaman yang wajar alias jangan berlebihan. Sesuai dengan adat di tempatmu.

Lalu bagaimana jika ada orang yang pamer? Ya pahami saja. Jangan-jangan mereka pamer karena kelakuan kita-kita juga.

Misalnya, sebagian kita hobi membully. Yang dibully tak bisa berontak karena kalah status. Akhirnya yang dibully merantau. Sukses di perantauan dan ingin membungkam orang yang membully. Dengan cara menampakkan segala kesuksesannya saat pulang kampung. Pamer karena balas dendam dibully bertahun-tahun.

Atau sebagian kita ternyata sangat inferior pada orang kota. Menganggap orang kota sebagai seseorang yang hebat. Lalu perilaku sebagian kita yang inferior dijadikan tesis bagi seseorang. "Kalau aku berlagak kota, orang akan sangat menghargaiku," misalnya begitu.

Maka karena inferioritas itu, jangan kaget ketika orang hanya merantau tiga bulan di Jakarta, ketika pulang kampung langsung ngomong, "lu gue".

Ada banyak alasan yang membuat kita bisa merenung, mengapa orang pamer. Jangan-jangan mereka yang pamer itu dipupuk oleh perilaku sebagian kita. Perilaku suka membully, merendahkan mereka yang kurang secara ekonomi, meledek setiap yang kurang, atau mendewakan kota dan merendahkan desa.

Pamer atau flexing itu tak baik, maka tak perlu dilakukan. Tapi mari merenung lebih dalam jika ada orang yang pamer ketika mudik. Mungkin dia pamer karena kita atau sebagian kita tak sadar telah memupuk agar dia pamer.

Lalu bagaimana? Ya hentikanlah bully, hentikanlah merendahkan orang karena harta, hentikanlah merendahkan orang karena kurang ilmu, hentikanlah menyanjung kota. Karena itu bisa menjadi pemantik orang pamer ketika mudik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline