Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Pernyataan Kritis terkait Tuhan dari Film Manjhi-The Mountain Man

Diperbarui: 1 April 2024   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dashrath Mandji di dunia nyata. (india times dipublikasikan kompas.com)


Dashrath Manjhi adalah lelaki nyata dari Bihar, India. Dia membelah gunung atau bukit dengan tangannya sendiri. Aksi heroik tahunan dari Dashrath Manjhi, memunculkan film Manjhi-The Mountain Man yang dirilis tahun 2015.

Inti ceritanya, Manjhi hidup di daerah terisolir di Bihar. Daerah itu dipagari bukit. Sehingga jika ingin ke tempat lain harus memutar sangat jauh.

Manjhi punya istri dan istrinya hamil lalu akan melahirkan. Tapi karena perjalanan jauh memutar bukit, istri Manjhi meninggal dunia. Sejak saat itu, Manjhi berjanji membelah bukit untuk membuat jalan.

Manjhi membelah bukit sendirian. Dia mirip orang gila, berhalusinasi, bicara sendiri selama membelah bukit dengan palu yang dia pakai.

Dinamika di film itu cukup beragam. Dari mulai kelicikan, politik, tekanan publik, dan sosok Indira Gandhi yang sempat muncul.

Setelah dinamika yang ruwet. Akhirnya jalan membelah bukit itu terealisasi. Manjhi kemudian dimintai tanggapannya oleh wartawan atas pembuatan jalan yang terealisasi itu, setelah di sesi akhir, warga membantunya.

Pernyataan Manjhi (yang diperankan Nawazuddin Siddiqui) kira-kira begini. "Jangan berharap pada Tuhan, karena Tuhan berharap pada kita".

Pernyataan itu bisa dimaknai dari dua sisi. Sisi pertama adalah memaknai Tuhan yang lemah atau menafikan Tuhan. Memaknai Tuhan bukan sesuatu yang penting. Mungkin karena Manjhi memang merasa terpuruk berulang-ulang dan merasa tak mendapatkan keadilan.

Tapi sisi lain pernyataan Manjghi itu bisa dimaknai bahwa Tuhan memberi atau mengharapkan manusia bisa berhasrat mengubah nasibnya agar Tuhan nanti mengubah nasib si manusia. Tuhan tak akan mengubah hidup manusia jika manusia itu tak mengubahnya. Manusia dimaknai bukan sebagai entitas yang lemah dan pasrah, tapi sebagai entitas yang diharapkan bisa punya hasrat mengubah nasibnya.

Mungkin, Tuhan juga malas memberi sesuatu pada orang yang berpangku tangan. Dan Manjhi dengan keterbatasan sebagai wong cilik secara sosial, ekonomi, dan politik, bertahun-tahun bertarung untuk kemaslahatan banyak orang, membelah bukit untuk membangun jalan. Itu dia lakukan sendirian!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline