Jika berkenan membaca tulisan ini, maka saranku, bacalah tulisan sebelumnya. Bisa baca di sini. Aku ingin melanjutkan ceritaku tentang lelaki yang menangis tiap petang itu. Yang ternyata berkolaborasi melakukan pembunuhan berencana.
Begini ceritanya...
Aku sudah cerita bahwa pada lima tahun setelah insiden, aku tak lagi di Desa Mbiru. Aku sudah di kota. Lalu aku mengetahui melalui TV dan surat kabar bahwa Bandi dan Kang Sarjan telah ditangkap polisi atas dugaan pembunuhan berencana.
Dari yang aku baca dan lihat di media massa, yang dibunuh dua orang itu cukup banyak. Ada 15 orang yang mereka bunuh. Mereka membunuh empat orang di Desa Mbiru dan korban lainnya mereka bunuh di desa tetangga.
Mereka membunuh orang-orang tertentu saja. Orang yang diduga memiliki banyak uang. Mereka berkolaborasi dan pura-pura menjadi orang yang tak normal. Bandi adalah orang yang selalu bergerilya mencari tahu siapa saja yang berduit. Lalu Kang Sarjan adalah yang mengeksekusi pembunuhan. Bandi adalah orang yang tahu di mana harta pada korbannya berada. Karena kepura-puraan menjadi orang aneh, tak ada yang curiga dengan duo lajang itu.
*
Aku memutuskan ke Mbiru pada akhir pekan. Aku bertemu Kang Sodik, berbicara ke mana-mana, melepas kangen. Sampai pada akhirnya dia bicara soal duo pembunuh itu. "Mereka hanya membunuh orang-orang yang berpunya," kata Kang Sodik.
"Lalu mengapa Kang Sarjan ingin membunuhku waktu itu?" tanyaku.
"Ya karena Bu Yuni. Sarjan menyukai Bu Yuni," kata Kang Sodik.
Aku langsung teringat Bu Yuni yang anggun itu. "Ke mana sekarang Bu Yuni?" tanyaku ke Kang Sodik.