Tetiba banyak orang berjualan di saat Ramadan. Tetangga, saudara, berjualan menu buka puasa. Mereka buka lapak di pinggir jalan atau di warung dadakan bernama Pasar Ramadan.
Lalu, sama halnya dengan hari-hari sebelumnya. Sebagian kita membeli bukan karena butuh. Sebagian kita di kampung, membeli karena ingin berbagi rezeki pada tetangga, pada saudara yang berdagang mendadak saat Ramadan.
Jika ditilik dari prinsip ekonomi, membeli bukan karena butuh tentu tak bagus. Bisa dikatakan pemborosan. Apalagi di rumah juga sudah ada makanan.
Tapi aku pikir, sebagian orang kampung kadang menyingkirkan prinsip ekonomi. Khususnya saat membeli bukan karena butuh. Tapi membeli karena ingin berbagi rezeki.
Membeli karena menghargai manusia yang sudah berusaha dengan benar. Berdagang dan tidak meminta-minta. Membeli karena ada rasa kasihan karena jika dagangannya tak laku, lalu bagaimana.
Aku pikir di situlah letak kemanusiaan orang kampung atau sebagian kita. Rasa peduli atas hidup orang lain. Mengesampingkan aspek ekonomi.
Tentu saja membeli ketika tidak butuh, tidak dalam konteks membeli barang mahal. Menjadi lucu jika tak butuh mobil tapi beli 10 mobil atas dasar kemanusiaan. Kalau seperti itu ya tak masuk.
Diadopsi
Aku juga sadar, belakangan pemerintah seperti mengadopsi cara-cara membeli atas nama kemanusiaan dan berujung ke ekonomi. Contohnya pemerintah memberi THR dan penerima THR diminta menjajakan uang THR untuk menggerakkan UMKM.
Itu adalah cara menggerakkan ekonomi kelas menengah ke bawah. Atau bagaimana uang orang kaya hendaknya digunakan untuk berwisata di dalam negeri, menggerakkan UMKM.