Namaku Sarun. Orang menyebutku sebagai Ki Sarun. Orang menilaiku sebagai lelaki yang hanya bicara ketika sangat penting saja. Orang menilaiku sebagai lelaki yang sering bungkam, seperti menyumpal mulut dengan bara.
Aku merasa terlambat bergerak. Aku mendapatkan keyakinan luar biasa bahwa ada yang tidak beres dengan San, bocah baik itu. Maka, dengan instingku, dengan keyakinanku, kini aku tak jauh dari mulut goa di bukit macan.
Di pagi yang cerah ini, aku mencoba membaui bukit macan. Aku merasa memang ada bau darah di sini. Saat aku terus membaui, secara mendadak aku melihat lelaki berlari kencang, melompat ke sana ke mari, melalui tebing yang lumayan curam.
"Ki Sarun, terima kasih banyak. Terima kasih Ki Sarun," kata lelaki itu dari kejauhan. Aku coba mengingat barang sekejap, siapakah dia? Bukan orang kampungku. Tapi aku yakin jika aku mengenalnya. Aku mengernyitkan dahi, memicingkan mata. Aku mencoba memutar memoriku.
"Ah... dia Salim, lelaki berkepala kuda. Tapi...dia sudah kembali seperti manusia?" kataku lirih.
Ya, aku merasa cepat harus beranjak ke atas. Ke goa itu. Aku perlu memberi penerangan yang cukup untuk melihat sesuatu di goa itu. Agak licin memang, aku perlu hati-hati. Agak lembap juga. Aku perlu berjalan dengan seksama.
Kau tahu, ketika beberapa langkah aku masuk goa, aku melihat sesosok lelaki penuh darah. Aku mencoba mendekat dan memperlihatkan cahayaku ke wajahnya. Benarlah kekhawatiranku. Dia San, bocah baik itu. Tewas berlumuran darah.
Tarik napas dalam-dalam. Bisa jadi runyam jika ceritanya seperti ini. Aku bisa dituduh sebagai pembunuh. Aku harus pergi. Aku harus memburu Salim. Dia pasti tahu kejadian sebenarnya. Aku harus menghapus jejakku di goa ini, secepatnya.
Aku tahu bahwa kabarnya langit di balik bukit macan sangat gelap. Sangat sulit mencari manusia di sana. Tapi aku akan mencobanya. Bukit yang lumayan curam aku daki. Tak mudah tentunya. Menjelang puncak, tak ada tanda-tanda kegelapan. Di puncak bukit, aku melihat wilayah yang gelap itu sudah terang benderang. Tentu mudah buatku untuk mencari Salim. Toh aku juga mengetahui rumahnya.
Tapi, aku mulai lihat darah berceceran di mana-mana. Aku melihat orang-orang bertarung dengan senjata tajam. Aku tak lagi melihat manusia berkepala binatang. Aku lihat manusia yang sewajarnya. Mungkin cerita tentang manusia binatang itu sudah selesai. Mereka berbalik kembali jadi manusia.