Dulu AS Roma hanya membutuhkan satu orang pembunuh di lini depan. Ketika satu orang itu didapatkan, maka AS Roma pun menjadi juara. Ya, cerita itu terjadi pada musim 2000-2001, saat Gabriel Batistuta didatangkang.
Batistuta yang sudah berusia 31 tahun kala itu, mampu memberi efek instan. Setidaknya, masuknya Batistuta ke AS Roma membuat klub asal ibu kota Italia itu menjadi juar Liga Italia. Batistuta menjadi banyak sumber gol bagi AS Roma.
Kini, lebih dari 20 tahun kemudian, AS Roma sepertinya mengalami fase yang sama. Paulo Dybala datang da bisa memberi harapan pada AS Roma untuk juara. Ada beberapa alasan mengapa AS Roma bisa jadi kandidat juara Liga Italia musim ini.
Pertama tentu saja kolaborasi Dybala dan pemain depan AS Roma lainnya, berjalan bagus. Setidaknya, sampai saat ini. Kala AS Roma menahan Juventus, Dybala menjadi aktor dengan memberi assist pada Tammy Abraham. Sehingga, AS Roma mampu menahan tuan rumah Juventus 1-1.
Terbaru, saat AS Roma mengalahkan Monza 3-0, giliran Abraham memberi assist pada Dybala saat gol pertama. Gol kedua Dybala juga bermula dari tendangan Abraham yang bisa dihalau kiper Monza. Dua laga terakhir memberi kesan bahwa lini depan Roma tak memiliki masalah.
Kedua adalah Dybala bisa moncer jika gembira. Sejauh ini Jose Mourinho sepertinya mampu membuat Dybala gembira. Jika Dybala bisa gembira, maka dia bisa memunculkan kemampuan terbaiknya.
Ketiga adalah pesaing AS Roma. Menurut saya, saat ini tidak ada tim yang superior di Liga Italia. Buktinya dalam dua musim terakhir juara bergantian. Selain itu, sekalipun AC Milan jadi juara musim lalu, mereka tidak sangat superior. Fenomena pesaing AS Roma yang tak terlalu superior, memberi ruang pada AS Roma untuk terus berkibar.
Keempat, pragmatismenya Mourinho. Mourinho adalah sosok yang selalu ingin mendapatkan kemenangan. Baginya, kemenangan adalah hal yang penting sekalipun mungkin didapatkan dengan tidak meyakinkan.
Cara pandang ini membuat Mourinho akan berusaha mengunci kemenangan, terutama melawan tim yang lebih lemah. Ada potensi bagi AS Roma untuk bisa menyapu kemenangan melawan tim yang lebih lemah. Walaupun kemenangannya mungkin tipis.
Dengan sistem kompetisi penuh, kemenangan atas tim kecil menjadi sangat penting. Bahkan, dalam beberapa kasus, tim besar ada yang gagal juara kompetisi di Eropa karena terlalu menganggap remeh tim yang lebih lemah.