Serasa dunia terbalik. Yang tadinya di atas, kini di bawah. Tim asal Kamboja yakni Visakha membantai Bali United 5-2 di ajang AFC Cup grup G, Senin (27/6/2022). Peluang Bali United lolos ke babak gugur kian berat.
Kenapa dunia terbalik? Karena yang membantai Bali United adalah tim asal Kamboja. Parahnya, kekalahan didapatkan ketika main di kandang sendiri.
Kamboja kalau dilihat dari timnasnya jelas tak selevel dengan Indonesia. Tapi klub mereka bisa menggila. Mungkin dalam beberapa tahun ke depan, timnas Kamboja bisa jadi ancaman.
Mundur ke belakang, saya masih ingat bagaimana Kamboja kalah 0-10 dari Indonesia di Sea Games 1995. Saat itu, Eri Irianto jadi pahlawan. Momen yang membuat Kamboja tak dipandang.
Kemudian, mereka sempatel mengejutkan saat kualifikasi Piala Dunia 1998. Saat itu di tahun 1997, main di kandang sendiri, Kamboja menahan Indonesia 1-1.
Saat itu hasil seri seperti kemenangan bagi Kamboja. Fans mereka sorak sorai tak keruan. Setelah kejutan itu, Indonesia setahuku selalu bisa mengalahkan Kamboja. Saat AFF 2020, Indonesia bisa mengalahkan Kamboja 4-2.
Maka ketika ada klub asal Kamboja bisa membantai Bali United di Bali, tentu sangat wow. Dunia serasa sudah terbalik.
Berat
Kekalahan dari Visakha membuat peluang anak asuh Teco Cugurra jadi juara grup hilang. Menang di laga akhir pun membuat nilai Bali United sama dengan Visakha (dengan catatan Visakha kalah dari Kedah). Karena aturannya adalah head to head, maka Visakha yang lebih baik.
Jika Visakha, Kedah, dan Bali United sama-sama memiliki nilai enam, Bali pasti tak jadi juara grup. Jika Kedah menang atas Visakha hanya membuat Kedah atau Visakha yang juara grup. Bali tak ada peluang.
Lalu bagaimana dengan runner up terbaik. Ya jelas sulit. Sebab, hanya dua laga yang dihitung dari Bali United. Laga melawan tim paling bawah, tak dihitung. Kenapa? Karena di grup lain ada yang hanya memiliki tiga tim.