Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Ukraina, Palestina, FIFA, dan Kita?

Diperbarui: 1 Maret 2022   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemain Everton memegang bendera Ukraina sebelum pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Everton dan Manchester City di Goodison Park di Liverpool, Inggris, Sabtu, 26 Februari 2022.(Jon Super dipublikasikan kompas.com)

Ramai di twitter dukungan pada otoritas sepak bola dunia FIFA yang menyanksi Rusia. Rusia tak boleh ikut ajang sepak bola di bawah FIFA dan otoritas sepak bola Eropa atau UEFA.

Imbasnya, Rusia dicoret dari playoff kualifikasi Piala Dunia 2022. Seharusnya pada akhir bulan ini Rusia melawan Polandia di playoff kualifikasi Piala Dunia 2022.

Pemberian sanksi ke Rusia dalam hal sepak bola tak lepas dari serangan militer Rusia ke Ukraina. Aksi serangan Rusia telah memporak-porandakan sebagian wilayah Ukraina.

Aksi itu dikutuk banyak pihak. Hingga pada akhirnya merembet ke sepak bola. Rusia disanksi oleh FIFA dan UEFA. Kemudian, di twitter mulai ramai membandingkan cerita Ukraina dan Palestina.

Ketika simpati pada Ukraina menggelora, termasuk di ranah sepak bola, maka FIFA mendukungnya. Tapi dulu saat Palestina dihajar Israel dengan serangan militer, simpati mengalir ke Palestina.

Bahkan di tahun 2009 kalau tak salah, Frederic Kanoute bintang Sevilla merayakan gol dengan memberi simpati pada Palestina. Hasilnya? Kanoute disanksi oleh otoritas sepak bola. Kanoute dituding memasukkan unsur politik dalam sepak bola.

Cerita Palestina beda dengan Ukraina. Pada laga Liga Inggris akhir pekan lalu, dukungan pada Ukraina menggelora. Tak ada sanksi, tak ada narasi pelarangan memasukkan politik dalam sepak bola.

Artinya, ada perlakuan  berbeda antara kasus di Ukraina dan di Palestina oleh FIFA atau otoritas sepak bola di bawah FIFA. FIFA dan jajaran di bawahnya telah membuat standar ganda.

Standar ganda pihak yang berkuasa itu bukan hanya dilakukan FIFA. Tak sedikit mereka yang berkuasa membuat standar ganda. Kuasa bukan hanya soal pemerintahan atau organisasi internasional. Kuasa adalah siapa saja yang memiliki kuasa, termasuk kuasa mengerahkan massa, kuasa melegitimasi diri dan ide dengan dogma.

Kuasa juga kuasa pada tetangga, kuasa pada anak-anak kecil yang lemah. Semua tetek bengek kuasa. Bahkan, kadang kalau mau merenung sejenak, penyakit seperti FIFA itu sejatinya potensial ada dalam diri kita. Manusia yang tak adil memperlakukan yang lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline