Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Tak Semua yang Dilihat Harus Direkam dan Diviralkan

Diperbarui: 18 Oktober 2021   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Foto: shutterstock dipublikasikan kompas.com

Kini, aku merasa banyak dari hal sunyi, sepi, intim, yang terlalu diumbar. Direkam lalu disebarkan di dunia maya. Hanya karena mereka yang sedang melakukan keintiman adalah orang-orang terkenal. Tapi catat ya, yang kumaksud bukan soal keintiman seksual. Buang jauh-jauh persepsi itu.

Sungguh, aku merasa bahwa keintiman di antara manusia itu kadang unik. Keintiman yang tak bisa dicerna oleh mereka yang di luar pagar keintiman. Karena itu, mereka yang di luar pagar keintiman kadang memberi tafsir yang tak semestinya.

Okelah, aku ingin memberi penjelas awal tulisanku di atas. Penjelasan melalui ilustrasi nyata sebuah kehidupan bahwa keintiman tak harus disebarluaskan.

Ini kisah nyata dari dua lelaki tua yang aku kenal. Dua lelaki ini hidup di masa yang sama, di tempat yang sama. Mereka kecil dan bermain bersama. Mereka yang kelahiran tahun 50-an, tentu memiliki ikatan yang kuat karena di masa kecil itu permainan hanyalah antara manusia dengan manusia, bukan manusia dengan benda atau manusia dengan dunia maya.

Lalu, kedua lelaki itu tumbuh dengan cerita yang berbeda. Kediaman keduanya pun sudah jauh berjarak, tak seperti masa kecil dahulu. Alhasil, keduanya pun sangat jarang bertemu.

Cerita kehidupan mereka juga berbeda. Yang satu terpuruk secara ekonomi dan yang satu sangat mapan secara ekonomi.

Yang terpuruk secara ekonomi, masih membanting tulang di usia senja dengan pekerjaan yang berat. Yang mapan secara ekonomi melewati hari-hari pensiunnya.

Satu ketika, mereka bertemu setelah salat Jumat usai. Saat mereka sudah keluar dari serambi masjid. Keduanya, karena sudah sangat intim sejak kecil, sama sama terperanjat karena bertemu lagi.

Yang mapan: Eh, Jo. Masih hidup kau. Tak pikir sudah mati.

Atas ucapan itu, si yang tak mapan secara ekonomi, tertawa terkekeh kekeh sembari mengumpat kasar. Tak perlu aku sebutkan kata-katanya.

Itulah keintiman. Keintiman seperti itu tak perlu direkam lalu diviralkan. Sebab, akan memberi persepsi yang bermacam-macam. Apalagi persepsi dari mereka yang tak pernah tahu bagaimana intimnya keduanya di masa kecil sampai remaja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline