Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Pelajaran Berharga dari Kanada dan Rusia

Diperbarui: 28 September 2021   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jonatan Christie. foto: kompas.com/garry lotulung

Indonesia sudah memastikan lolos ke babak perempatfinal Piala Sudirman 2021. Kepastian itu didapatkan setelah Indonesia menang dalam dua laga melawan Rusia dan Kanada. Di laga terakhir, Indonesia dan Denmark akan bertarung untuk menentukan siapa yang akan jadi juara grup C. 

Dari laga di grup C ini, Indonesia patut belajar dari dua laga pada hari kedua. Laga itu adalah Denmark vs Rusia dan Indonesia vs Kanada. Laga itu menunjukkan bahwa tim besar pun bisa kerepotan melawan tim yang namanya tak terlalu diperhitungkan di dunia bulutangkis.

Rusia yang kalah 0-5 dari Indonesia, sempat mengejutkan saat melawan Denmark, Senin (27/9/2021). Sebab, Rusia ternyata sempat unggul 1-0 lebih dahulu. Pasangan ganda campuran Rusia Rodion Alimov / Alina Davletova mampu mengalahkan pasangan Denmark  Mathias Christiansen / Alexandra Bje dengan skor 18-21, 21-16, 21-11.

Sebenarnya, kemenangan pasangan Rusia ini bukan hal yang mengherankan. Sebab, mereka adalah juara Eropa pada tahun 2021. Sementara pasangan Denmark juara tiga pada ajang Eropa 2021. Untungnya, kemenangan Rusia di laga pertama bisa dibalas dalam empat laga selanjutnya. Imbasnya, Denmark pun bisa menang di laga kedua dan memastikan lolos ke babak perempatfinal.

Kemenangan Denmark yang tak mulus itu adalah pelajaran pertama bagi Indonesia. Pelajaran kedua bagi Indonesia tentu di laga Indonesia melawan Kanada, Senin (27/9/2021). Kanada juga bukan tim yang mentereng di dunia bulutangkis.

Bahkan, di laga pertama Kanada kalah 0-5 dari Denmark. Namun, Kanada mampu merepotkan Indonesia. Bahkan, Kanada sempat memimpin 2-1. Saat itu, Jonatan Christie dan Ester Nurumi kalah dari pemain Kanada. Tapi, syukurlah karena pada akhirnya Indonesia bisa mengalahkan Kanada 3-2.

Dari dua laga itu, Indonesia bisa belajar hal penting. Pertama, dalam sebuah kejuaraan besar, tim unggulan pun bisa kerepotan. Salah satu kemungkinan alasannya adalah, tim yang tak diunggulkan ingin menunjukkan kelasnya. Sudah bukan hal yang aneh ketika di kejuaraan besar olahraga apapun, tim yang tak diunggulkan bisa mendapatkan kemenangan.

Maka, pelajaran pentingnya adalah bahwa sebenarnya status unggulan itu hanya di atas kertas. Di lapangan, status unggulan gugur sendirinya saat laga dimainkan. Maka, tim unggulan manapun tak boleh mengganggap remeh tim yang tak diunggulkan.

Kedua, pelajaran bagi Indonesia adalah bahwa bulutangkis tak lagi menjadi ruang mutlak bagi tim-tim tertentu. Tim tertentu adalah tim yang secara tradisi bagus dalam bulutangkis, misalnya Indonesia, China, Denmark, Korea Selatan.

Kini, bulutangkis sudah berkembang di banyak negara. Contoh saja Jepang yang dalam tahun 1990-an tak terlalu mengemuka, kini jadi salah satu raksasa bulutangkis. Ada juga Taiwan yang bisa menggeliat di masa kini. Hal itu diikuti oleh tim-tim dari benua lain.

Artinya, disparitas antara negara dalam hal bulutangkis, tak lagi njomplang. Ingat saja pada Olimpiade lalu di mana pebulutangkis Guatemala Kevin Cordon bisa sampai semifinal. Indonesia harus bisa memompa diri lebih baik agar tak disamai atau ditinggalkan "negara baru" di dunia bulutangkis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline