Argentina gagal di ajang sepak bola Olimpiade 2020. Mereka tak mampu lolos dari babak grup setelah hanya mendapatkan empat poin dari tiga laga. Argentina kalah produktif dari Mesir. Kegagalan Argentina ternyata memunculkan borok yang mengerikan.
Mundoalbiceleste.com membeberkan beberapa hal yang memicu kegagalan Argentina di Olimpiade. Sudah dua olimpiade Argentina gagal di babak gugur. Pertama adalah ego klub besar di Argentina. Ternyata klub seperti River Plate dan Boca Juniors tidak mau menyerahkan pemainnya untuk kepentingan Olimpiade.
Mereka lebih mementingkan kepentingan klub daripada negara. Bahkan, polah dua klub besar ini menurut mundoalbiceleste sudah menjadi rahasia umum. Ternyata juga, di skuat Argentina pada Olimpiade 2020 tidak ada satu pun pemain dari River Plate atau Boca Juniors.
Kebijakan pelatih Fernando Batista juga dipertanyakan. Sebenarnya ada beberapa pemain yang tak masuk Copa America yang bisa dipanggil. Misalnya, Juan Foyth yang masih berusia 23 tahun. Ada juga nama Paulo Dybala atau Mauro Icardi yang bisa mengisi slot pemain senior. Tapi, Batista malah hanya memanggil satu pemain senior yakni Jeremian Ledesma sebagai kiper.
Selain dua hal itu, ada salah satu cerita perih dibeberkan terkait kepedulian federasi sepak bola Argentina. Tapi ini adalah cerita pada 2016. Kala itu, federasi Argentina seperti tak peduli pada Olimpiade. Imbasnya, pelatih Tata Martino pun mengundurkan diri.
Pelatih pengganti adalah Julio Olarticoechea. Julio ini adalah mantan pemainTimnas Argentina di Piala Dunia 1986 dan 1990. Nasib yang dialami Julio kala menjadi pelatih Argentina di Olimpiade 2016 sangat memilukan.
Federasi Argentina tak peduli. Asisten Julio yakni Caldera tak diupah selama tiga bulan dan tak memiliki uang sepeser pun. Sampai akhirnya Julio meminta uang pada anak perempuannya. Julio mengatakan bahwa itulah realitas yang dia alami.
Di balik nama besar Argentina, ternyata memiliki problem seperti layaknya negara berkembang. Soal federasi yang tak peduli dan para pemain serta pelatih berjuang sendirian. Atau malah federasi lebih memikirkan untung rugi.
Realitas ini saya pikir akan terus berlangsung jika pengurus olahraga bukan dari orang yang berjiwa olahraga. Jika pengurus olahraga datang hanya untuk mereguk uang dan popularitas, maka olahraga akan anjlok.
Cerita Argentina terkait federasi ini adalah realitas yang harus dipahami oleh banyak pengurus olahraga di dunia. Jangan sampai olahraga hanya dipuja saat ajang dan juara, tapi kemudian ditinggalkan dan ditelantarkan saat latihan.