Mardani Ali Sera, anggota DPR RI dari PKS menyentil Menteri Keuangan Sri Mulyani. Mardani dengan nada bertanya, menilai bahwa imbauan Menkeu untuk belanja telah memunculkan kerumunan. Seperti diketahui, salah satu kerumunan yang jadi pusat perhatian adalah di Pasar Tanah Abang. Tapi, ciutan Mardani itu langsung jadi santapan netizen.
"Ajakan belanja oleh pemerintah bisa menimbulkan kerumunan baru dimana2. Iyagak sih?" begitu cuitan Mardani di twitternya.
Sekalipun pernyataan Mardani bernada bertanya, tapi terkesan memang ingin "menyerang" pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan. Sontak lebih banyak netizen yang menyerang Mardani.
Banyak netizen yang berpendapat bahwa mengajak belanja bukan berarti mengajak berkerumun. Sebab, di masa saat ini berbelanja pun bisa dilakukan secara online. Bahkan, ada netizen yang mengatakan, imbauan Menkeu tentu adalah berbelanja yang tidak menimbulkan kerumunan alias belanja online.
Ada juga yang mengatakan jika upaya Mardani adalah untuk membela Anies Baswedan. Sebab, dalam kerumunan di Pasar Tanah Abang, Anies menjadi sorotan. Namun, dengan menyerang Menkeu, Mardani pun malah diserang telak.
Saya hanya mengamati saja dari polemik ini. Tapi yang pasti, Mardani salah langkah untuk kali ini. Dia melakukan serangan tanpa melihat lebih detail. Mungkin lupa bahwa yang namanya belanja itu tidak hanya offline tapi juga online.
Di zaman sekarang berbelanja pun tak identik dengan berjubel. Berbelanja bisa dilakukan dengan online tanpa harus ke TKP. Masyarakat Indonesia pun sudah paham dengan telepon genggam. Tinggal belajar sedikit, maka pembelian secara online pun bisa dilakukan.
Selain itu, jika pun belanja offline, sudah sewajarnya dengan menjaga diri. Sudah sejak masa lampau jika kita bepergian diajari menjaga diri. Misalnya, saat berbelanja di pasar maka jangan menonjolkan barang mewah. Sebab, rawan kena musibah.
Nah, sama juga sebenarnya di zaman sekarang. Jika pun belanja offline, maka harus menaati protokol kesehatan. Sebab, jika pun kena Covid-19, itu yang rugi juga orang yang bersangkutan.
***
Di luar konteks polemik pernyataan Mardani, saya pun tak sepakat jika setiap perilaku masing-masing dari kita ditimpakan pada pemimpin. Tidak di Jakarta atau di mana saja. Sebenarnya masyarakat memiliki rem pribadi.