Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menang dalam polemik Partai Demokrat. Pasalnya, pemerintah tak menerima Partai Demokrat hasil kongres luar biasa (KLB) yang menjadikan Moeldoko sebagai ketua umum. Walaupun, pihak Moeldoko sepertinya akan maju melalui pengadilan.
Namun, sekalipun menang, AHY tetap diserang. Serangan salah satunya muncul dari Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly. Dia mengaku dongkol karena namanya dikait-kaitkan pernah bertemu Moeldoko. Melalui akun Karni Ilyas, Yasonna mengakui bahwa dia memang sering bertemu dengan Moeldoko di Istana, sebab keduanya adalah pembantu Presiden. Namun, pertemuan itu tak membicarakan soal dualisme Partai Demokrat.
Pernyataan Yasonna itu menegaskan bagaimana, pihak AHY dinilai main hantam pemerintah ketika Moeldoko menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB. Di sisi lain, suara agar pihak AHY meminta maaf pada Presiden Joko Widodo pun mengemuka.
Bagi saya, politik salah satunya soal pernyataan. Di awal-awal ketika AHY bicara dugaan kudeta, dia pun diserang. Sebab, hal itu dinilai sebagai masalah internal partai. Setelah kudeta menjadi nyata, saya pikir AHY akan dapat simpati berlimpah. Tapi ternyata tak sepenuhnya benar. Sebab, ketika AHY dimenangkan Kementerian Hukum dan HAM, justru AHY kembali diserang.
Bahkan, cerita makin panjang karena sampai menyebut mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Masa lalu perseteruan dua pihak itu kembali dimunculkan dan SBY diminta meminta maaf.
Maka, kini sebagai orang awam yang suka menonton, saya menunggu bagaimana efek dari permasalahan di internal Partai Demokrat. Apakah ini adalah jurus tangguh untuk kembali mengerek Partai Demokrat di Pemilu 2024? Sebab, dalam dua pemilu terakhir, Partai Demokrat mendapatkan hasil yang tak memuaskan.
Sebenarnya, dengan selesainya masa Jokowi sebagai Presiden dan tak bisa maju di Pilpres 2024, itu adalah kesempatan partai lain untuk memunculkan tokoh. Sehingga sang tokoh bisa mengerek suara partai di Pemilu. Harapan Partai Demokrat saya pikir sama, yakni menonjolkan AHY sehingga Partai Demokrat bisa berbicara di 2024.
Tapi, dengan dinamika saat ini menjadi menarik ditunggu bagaimana efeknya bagi Partai Demokrat. Apakah mereka akan melambung karena dimaknai sebagai partai yang dizalimi? Atau malah makin nyungsep karena dimaknai sebagai partai yang suka bermain drama.
Kita lihat saja selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H