Pernyataan Jusuf Kalla (JK) baru-baru ini menurut saya memang menyindir pemerintahan Jokowi. Mantan Wakil Presiden dua kali tersebut bertanya, kritik seperti apa yang tidak akan berujung pada pemanggilan oleh polisi. Dari pernyataan itu, layak ditunggu ke gerbong mana JK akan verlabuh pada Pilpres 2024.
Bukan hanya sekali ini JK berseberangan dengan pemerintah. Tahun lalu, JK terang-terangan berseberangan dengan Jokowi. Ketika Jokowi menyebut berdamai dengan Covid-19, JK memaknai berbeda. JK menilai berdamai dengan Covid-19 justru akan mati.
Sudah jelas sepertinya. Bahkan JK memang masih ambil bagian dalam dunua perkomentaran. Saya menduga, JK akan jadi bagian yang akan bertarung di Pilpres 2024. Bertarung di sini adalah tidak selalu dimaknai sebagai kontestan.
JK bisa tidak masuk dalam kontestasi. Namun, dia jadi bagian penting sebuah kubu dalam Pilpres 2024. Lalu ke kubu mana? Jika menilik gelagat JK saat ini, sepertinya dia tak akan masuk dalam kubu Jokowi atau PDIP. Sepertinya, JK akan merapat atau membuat gerbong baru.
Merapat ke mana? Bisa jadi ke NasDem. Sebab, JK memiliki hubungan yang bagus dengan Surya Paloh. Setidaknya, kala JK menjadi Ketua Umum Partai Golkar, Surya Paloh adalah Ketua Dewan Penasihat. Hanya saja memang keduanya beda partai setelah Surya Paloh mendirikan NasDem. Namun, beda partai itu tak memunculkan perseteruan antara JK dan Surya Paloh.
Bisa jadi JK akan berada di kubu NasDem. Tentu saja jika NasDem tidak berada dalam satu kubu dengan PDIP. Tapi, siapa yang akan diusung JK dan NasDem pada Pilpres 2024? Nah itu yang belum diketahui. Beberapa waktu lalu, NasDem seperti memberi sinyal akan membawa Anies Baswedan sebagai kandidat di Pilpres 2024. Namun, dinamika itu sepertinya surut.
Selain dengan NasDem, bisa saja JK membangun kubu dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ini sangat mungkin. Sebab, selama ini tak ada masalah berarti antara JK dengan PKS. Kalau dengan PKS, sepertinya Anies Baswedan yang akan digadang menjadi calon presiden.
Sepertinya hanya dengan dua partai itulah JK bisa membuat kubu. Untuk partai lainnya, peluang tetap ada tapi kecil. Bagaimana dengan Golkar? Sepertinya JK tak lagi memiliki kendali kuat di Golkar. Tapi, ya tetap saja politik bisa berubah dalam tiga tahun ke depan.
Masih ingat kan bagaimana JK menyangsikan Jokowi jadi presiden. Beberapa tahun sebelum 2014, JK mengatakan bahwa Jokowi sulit jadi presiden. Eh, malah pada Pilpres 2014, JK mendampingi Jokowi dalam kontestasi.
Bisa saja kemudian pada 2024, JK kembali bersatu dengan PDIP. Bisa kan? Namanya juga politik. Tapi, yang saya yakini, JK akan menjadi salah satu sosok penting dalam Pilpres 2024, walaupun bukan menjadi calon presiden atau wakil presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H