Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) melempar isu soal kudeta pada Partai Demokrat. Tapi sebentar, isu di sini bukan berarti kabar burung ya, isu di sini adalah sesuatu yang mengemuka.
Nah, AHY mengungkapkan bahwa Partai Demokrat akan dikudeta oleh beberapa orang. Salah satunya adalah Jenderal Purn Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan. Intinya, beberapa orang itu ingin mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat. Benar atau salah? Ya tanyalah sama yang mengetahui.
Saya tak mau membahas benar atau salahnya tudingan AHY atau posisi Moeldoko. Yang ingin saya tulis, ternyata isu yang diungkapkan AHY malah membuat Moeldoko viral. Di twitter 19 ribu cuitan tentang Moeldoko. Artinya, nama Moeldoko diperbincangkan banyak orang setelah dituding AHY. Nama AHY sendiri tak masuk trending, setidaknya di Selasa (2/2/2021) pagi.
Di tulisan saya sebelumnya, saya pikir pernyataan AHY akan membuatnya viral. Sebab, saat saya menulis saya belum tahu siapa orang di lingkaran Presiden Jokowi yang disudutkan AHY. Ternyata, setelah nama itu muncul dan salah satunya dimunculkan oleh Andi Arief (pilitisi Partai Demokrat), malah nama itu yang mencuat, yakni Moeldoko.
Saya memiliki dugaan baru. Bahwa serangan AHY itu justru membuat Moeldoko di atas angin. Pertama, AHY harus membuktikan dengan sahih bahwa Moeldoko memang akan mengudeta. Saya duga, membuktikan dugaan konspirasi politik itu tidak mudah.
Kedua, AHY perlu mendapatkan klarifikasi dari Presiden Jokowi. Apakah benar Jokowi memberi restu pada Moeldoko untuk ambil alih Demokrat? Saya duga juga, Jokowi tak akan menanggapi hal itu. Sebab, ya memang tak penting juga menanggapi hal itu.
Kalau sudah seperti itu, justru Moeldoko kini berada di posisi yang jadi korban. Moeldoko jadi pihak yang disudutkan. Nah, kalau Moeldoko ada di posisi itu, maka dia akan mendapatkan simpati masyarakat. Orang akan bilang, "tidak tahu apa-apa malah diseret. Sembari menyebut istana". Kalau Moeldoko mendapatkan simpati, dia akan melambung. Semakin melambung malah bisa makin menguntungkan Moeldoko. Untung untuk posisinya dalam kontestasi 2024.
Nah, daripada blunder nanti malah menguntungkan orang lain, sudah saatnya AHY berani buka-bukaan. Buka saja tuduhan itu dengan bukti yang kuat. Beberkan dengan bukti yang meyakinkan bahwa ada upaya kudeta pada kepemimpinan Demokrat.
Jika tidak membeberkan dengan bukti, ya bisa jadi blunder. Alih-alih AHY dan Demokrat jadi pusat perhatian, maka justru Moeldoko yang mendapatkan panggung. Kan, ngga lucu, siapa yang mbuka lapak, siapa yang mendapatkan untung.
Di sisi lain, ini adalah pembelajaran besar bagi AHY yang relatif masih muda di dunia politik. Politik bukan orang menyanyi solo. Jika menyanyi solo, yang lain akan mendengarkan. Tapi politik adalah jika ada ujaran, maka akan muncul ujaran yang lain. Di masa kini, ujaran akan sangat berlimpah karena teknologi memungkinkan itu.
Dulu hanya elite saja yang bisa bicara. Kini, masyarakat melalui media sosial bisa menjadi bagian yang meriuhkan dan menentukan. (*)