Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Cerita Fabel, Tikus Berniaga

Diperbarui: 7 Januari 2021   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi. foto daily mirror dipublikasikan kompas.com

Ini adalah cerita tikus yang berniaga, berjualan. Dia jualan di pasar yang penuh dengan tikus karena penjual dan pembelinya adalah tikus. Ini adalah cerita dunia tikus. Tikus berniaga ini bernama Heh. Tidak terlalu jelas nama lengkapnya. Namun, semua tikus di pasar menyebutnya dengan Heh.

Heh ini pemain baru di pasar. Awalnya dia hanya jualan di emperan pasar. Karena dinilai melanggar aturan, Heh diusir oleh tikus kepala pasar. Namun, rezeki bagi Heh. Sebab, ada tikus lain yang memutuskan pensiun sebagai pedagang. Tikus yang pensiun itu memiliki lapak di pasar.

Si tikus yang pensiun, mengaku sudah malas hidup di pasar. Dia ingin mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia tak mau kerja lagi di pasar. Lalu, lapaknya diberikan pada Heh. Heh diminta untuk meneruskan kontrak lapak.

Heh kemudian mulai menempati lapak di pasar itu. Dia jual macam-macam makanan ringan. Di hari pertama jualan di lapak, Heh langsung didatangi Sam, seekor tikus yang juga preman di pasar itu. Sam menjelaskan bahwa semua tikus yang punya lapak harus setor tiap akhir pekan. Heh kemudian menyanggupinya.

Namun, bukan hanya Sam yang meminta jatah. Kepala pasar juga meminta jatah retribusi tiap  akhir pekan. Biaya yang lain adalah kebersihan, arisan, dan tetek bengek lainnya. Anehnya, di hari pertama menempati lapak, Heh harus mendapatkan perizinan dari tikus pemberi perizinan.

"Lho kan lapak ini sudah ada di pasar. Pasar ini dibangun tentu sudah ada izinnya kan? Kenapa harus membayar perizinan?" kata Heh pada tikus petugas perizinan.

"Ya kalau tak mau membayar perizinan, besok tak perlu di lapak ini lagi," kata tikus petugas perizinan.

Heh pusing juga diberi ultimatum seperti itu. Dia sebenarnya mau melawan. Tapi dia ingat anak istri di rumah. Daripada berurusan panjang, dia memilih membayar tikus yang mengurus perizinan.

Heh kemudian curhat pada tikus lain yang punya lapak. Tikus-tikus lain bahkan cerita, pemerasan akan terjadi lebih banyak lagi pas masa jelang pemilihan kepala daerah tikus. Pedagang diminta dana dan suara.

"Kalau pemerasan makin banyak kenapa kamu masih bertahan jualan di sini?" tanya Heh pada koleganya.

"Kalau tidak jualan di sini mau ngapain. Sawah sudah dikapling gerombolan tikus sawah. Kantor dan perumahan sudah dikapling gerombolan tikus kantor dan perumahan. Aku mau kerja apa? Jadi tikus gelandangan? Kan repot bro," jelas si kolega Heh.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline