Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Mengapa Garang di Medsos Tapi Nangis saat Diproses Polisi?

Diperbarui: 3 Januari 2021   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi. foto ipopba dipublikasikan kompas.com

Ada beberapa kasus soal orang-orang yang garang di media sosial (media sosial). Mereka dituding melakukan pelanggaran atau tindak pidana melalui ujaran di medsos. Uniknya, tak sedikit dari mereka kemudian menangis saat diproses di kepolisian.

Salah satu contoh terbaru adalah tiga pemuda Probolinggo yang menangis saat diproses polisi. Mereka diproses karena menghina Satgas Covid-19. Aksi mereka menghina Satgas Covid-19 di media sosial viral sampai kemudian diproses kepolisian.

Nah ini adalah prediksi sederhana alias kemungkinan mengapa banyak yang menangis setelah diproses polisi usia garang di media sosial.

Pertama, media sosial memang ruang bagi pecundang. Tentu tidak semua orang di media sosial adalah pecundang. Banyak orang-orang berkelas ada di media sosial. Namun, sifat media sosial yang memungkinkan semua orang bebas berpendapat memunculkan para pecundang.

Mereka adalah orang-orang yang bicara seenaknya sendiri dan menjelekkan atau menghina pihak lain. Tak hanya itu, mereka juga menyebarkan kabar bohong. Mereka melakukan itu, kadang menggunakan akun palsu. Coba bayangkan, menyerang pihak lain tapi pakai akun palsu.  

Artinya, ketika mereka menggunakan akun palsu, itu sudah jelas bahwa mereka bukan petarung sejati. Mereka bisa mengail di air keruh dengan mudah. Orang yang tak pantas disebut petarung. Maka, tak heran mereka yang bukan petarung itu, langsung nangis tersedu sedan ketika diproses di kepolisian.

Kedua, mereka adalah tipikal orang berpikir pendek. Jika tak sepakat atau tak suka atau ingin buat heboh, langsung membuat aksi tak lumrah di medsos. Mereka mencari ketenaran dengan cepat atau melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang.

Mereka tak berpikir bahwa apa yang mereka tuliskan atau videokan akan berdampak buruk pada banyak orang. Maka, ketika mereka dihadiahi dengan proses hukum, langsung termehek-mehek. Mereka tak mengira kebebasan yang mereka dapatkan itu bisa berimbas pada hal buruk di balik jeruji besi.

Ketiga, ini hanya kemungkinan saja. Orang yang menghina orang lain di media sosial biasanya memiliki masalah dalam hal sosialisasi dengan orang lain. Ini biasanya lho ya. Mereka yang jarang sosialisasi dengan orang lain, akan kehilangan empati pada orang lain. Maka, mereka dengan entengnya menghina orang lain di medsos.

Jika orang sering atau mudah melihat realitas sosialnya, mengetahui cerita hidup orang di sekitarnya yang kesulitan, empati itu akan muncul. Orang akan menimang-nimang secara dalam apakah perlu menghina orang lain?

Keempat, mungkin dulunya pas waktu kecil sering menangis kalau kalah dalam kompetisi. Jadi kalau kalah langsung nangis. Mereka adalah tipikal anak yang terus dimanja untuk selalu menang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline