Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Bahasan Ahok Gaduhkan Dunia Maya tapi Lucu

Diperbarui: 17 September 2020   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (tengah). kompas.com/ghinan salman

Pernyataan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok soal borok Pertamina jadi trending di twitter. Sayangnya, sebagian hanya gaduh. Sebab, yang pro dan yang kontra sama-sama tak objektif. Kegaduhan yang menurut saya adalah kelucuan.

Cerita berawal dari ungkapan Ahok pada akun POIN di YouTube. Ahok berbicara soal utang Pertamina, eks pimpinan anak perusahaan Pertamina yang tetap digaji tinggi, dan dia bilang soal kadrun yang akan demo kalau dirinya jadi Dirut Pertamina.

Pernyataan Ahok itu kemudian viral ke mana-mana. Di twitter, pembahasan Ahok trending. Sampai Kamis (17/9/2020) pukul 11.38, ada 38,1 ribu tweet tentang Ahok. Saya tentu tak baca semuanya. Tapi yang saya lihat, intinya ada kubu yang pro dan ada kubu yang kontra.

Nah, yang pro dan kontra itu tak objektif memandang omongan Ahok. Saya jadi geli sendiri. Yang pro Ahok, intinya bahwa Ahok telah tepat karena blak-blakan soal borok Pertamina. Orang seperti Ahok dibutuhkan untuk memperbaiki negeri. Ada yang bilang "Ahok is the best".

Tapi yang pro ini tak memberi kritik pada Ahok. Selama ini Ahok ke mana saja. Padahal Ahok di Pertamina sejak November 2019. Sudah hampir setahun Ahok di sana. Lalu, apa langkah konkret Ahok selanjutnya juga tak diungkapkan. Itu pertanyaan yang tak dikemukakan oleh mereka yang pro.

Yang kontra? Lucu juga. Mereka menyorot soal kadrun. Isunya kemudian liar sampai jauh. Sampai PKI sampai etnisitas Ahok. Waduh! Tapi yang kontra ini tak membahas substansi pernyataan Ahok yang bilang bahwa Pertamina buruk. Ada borok di Pertamina. Yang kontra ini, tak ada apresiasi pada Ahok yang telah membuka borok lembaga bermasalah.

Sebenarnya saya miris juga dengan pro kontra semacam ini. Pro kontra yang saya merasakannya sebagai bentuk kebencian yang akut. Yang pro Ahok benci pada yang kontra Ahok. Yang kontra Ahok, benci pada Ahok. Betapapun narasi logis yang dibangun oleh mereka yang pro dan kontra, tetap tak bisa menghapus kesan cinta atau benci yang berlebih itu. Jika bukan cinta dan benci yang berlebih, maka adalah kepentingan politik yang akut.

Ini soal cerita panjang memang. Cerita yang bikin banyak orang lelah dengan ancaman dan tantangan pada tahun 2016 itu. Pertarungan politik yang melelahkan waktu itu. Sampai kemudian merembet ke mana-mana.

Kemudian, mereka yang pro dan kontra itu menarasikan diri sebagai "yang waras". Yang pro Ahok mengklaim sebagai "yang waras" dan yang kontra Ahok juga mengklaim sebagai "yang waras". Kalau sudah seperti ini, bahayanya adalah mudah tersulut api.

Tapi, ya daripada pusing memikirkan mereka yang pro dan kontra berlebihan itu, mending dilihat sebagai kelucuan saja. Lucunya bagaimana orang benci dan cinta sebegitu rupa di dunia maya. Selain itu, mending ngurus diri sendiri. Cuci tangan, jaga jarak, dan pakai masker. Jangan lupa terus berdoa untuk Indonesia. Kadang kita lebih sering berdoa agar kita kaya saja. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline