Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Kala Jaksa Agung Disebut "Ustaz di Kampung Maling"

Diperbarui: 4 September 2020   06:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mantan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh (kedua dari kanan). foto: twitter KejaksaanRI

Apa yang terjadi pada jaksa Pinangki telah mengulang cerita-cerita sebelumnya. Cerita bahwa ada jaksa yang kena kasus. 

Kasus-kasus yang menyeret jaksa mengingatkan saya pada momen ketika Jaksa Agung dijabat Abdul Rahman Saleh. Saat itu, Arman, begitu biasa disapa meradang karena disebut ustaz di kampung maling.

Sekali lagi jaksa Pinangki bukan kasus pertama. Pada 2005 ada jaksa Hendra Suhendra yang kena kasus narkoba. Ada juga jaksa Cecep dan Burdju yang kena pasal korupsi dalam kasus mantan Dirut PT Jamsostek Achmad Djunaidi. Ada juga jaksa Urip Tri Gunawan yang diproses KPK karena kasus korupsi.

Kasus-kasus di kejaksaan mengingatkan saya pada insiden "panas" antara Jaksa Agung kala itu, Abdul Rahman Saleh dengan anggota DPR. Saat itu, pada 2005, seperti diberitakan Koran Kompas anggota DPR Anhar memberi kiasan. Dia mengatakan, Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh seperti "ustaz di kampung maling".

Saat rapat dengar pendapat itu, Anhar menyebutkan bahwa itu adalah bahasa kiasan. Namun, Jaksa Agung tak terima disebut lingkungannya sebagai kampung maling. 

Jaksa Agung meminta Anhar menarik ucapannya. Tak hanya itu, para petinggi kejaksaan yang ada di rapat dengar pendapat itu juga geram dengan sebutan "kampung maling". Saat itu, suasana jadi tegang karena pimpinan di kejaksaan tak terima disebut kampung maling.

"Saya bukan penjahat, saya berjuang di Aceh selama tiga tahun," begitu kata Kepala Kejaksaan Tinggi Nanggroe Aceh Darussalam Andi Amir kala itu. Bahkan, ucapan itu diutarakan berulang-ulang hingga suasana kala itu makin panas.  

Dalam bukunya "Bukan Kampung Maling, Bukan Desa Ustadz" Abdul Rahman Saleh pun memunculkan pendapatnya. Dia mengakui bahwa ada jaksa yang bermasalah. Namun, Arman yang dulunya adalah seorang bintang film ini memberi penegasan lainnya.

Arman mengungkapkan, masih banyak jaksa yang menjunjung tinggi kehormatan dan keluhuran profesi, jujur, dan hidup sederhana. Bahkan Arman menjumpai banyak jaksa yang seragamnya itu-itu saja. Baginya itu mengundang keprihatinan. Sebab, saat menangani perkara, jaksa harus berwibawa, percaya diri, dan minimal berpakaian layak.

Potret Kecil

Di mana-mana adanya oknum memang telah merusak kelompok. Misalnya saja, jika ada jaksa yang nakal akan merusak institusi kejaksaan, Jika ada polisi yang nakal, akan merusak nama institusi kepolisian. Jika ada hakim yang nakal akan merusak institusi kehakiman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline