Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Semoga "Bu Tejo" Tak Jadi Label Buruk

Diperbarui: 22 Agustus 2020   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bu Tejo dalam film Tilik. foto: tangkapan layar film Tilik yang dipublikasikan Kompas.com

Ada yang sedang viral belakangan ini, yakni film Tilik. Satu tokoh yang menyedot perhatian adalah Bu Tejo. Aksinya yang senang membicarakan orang lain dan belum valid kebenarannya jadi salah satu daya tarik film Tilik. Namun, saya berharap semoga nama Bu Tejo tak jadi label buruk.

Sebelum saya tulisan hal terkait kemungkinan label buruk bagi Bu Tejo, saya akan menuliskan cerita terlebih dahulu sebagai pembanding. Dahulu di masa panas-panasnya kubu Jokowi dan kubu Prabowo berseteru, ada label bagi para pendukungnya.

Kubu pendukung Jokowi menyebut pendukung Prabowo dengan "kampret". Kubu pendukung Prabowo menyebut pendukung Jokowi dengan "cebong". Kata kampret dan cebong sama-sama dinistakan. "Cebong" memandang "kampret" sebagai yang buruk dan "kampret" memandang "cebong" sebagai yang buruk.

Padahal, apa itu cebong dan kampret? Kan itu adalah nama hewan dengan perilakunya masing-masing. Saya memaknainya ya netral saja, bahwa ada hewan bernama cebong dan ada hewan bernama kampret. Tapi, karena perseteruan politik, dua kata yakni cebong dan kampter itu dimaknai negatif.

Nah, dengan viralnya nama Bu Tejo, saya berharap Bu Tejo tak jadi label buruk. Saya berharap jika sebutan Bu Tejo tak bernasib seperti cebong dan kampret. Maksud saya begini. Khawatirnya kalau ada orang yang menyampaikan sesuatu yang cenderung fitnah atau hoax, nanti disebut Bu Tejo.

Lama-lama menjadi label bahwa "Bu Tejo" berarti adalah penyebar fitnah dan hoax. Setiap orang yang suka ngegosip dan diduga hoax akan langsung disebut sebagai "Bu Tejo".

"Dasar Bu Tejo," kata seorang Ibu.

"Enak saja, namaku bukan Bu Tejo. Namaku Bu Ratna," kata Bu Ratna dengan berapi-api tak mau disebut Bu Tejo.

Parahnya, ketika fitnah dan hoax dimaknai dari sudut pandang kepentingan, itu yang merepotkan. Si ibu A karena tak suka sama si ibu B, maka setiap omongan si ibu B dikatakan hoax.

Si ibu B karena tak suka sama si ibu A, maka setiap omongan si ibu A dikatakan hoax. Si ibu A akhirnya menyebut si ibu B dengan sebutan "Bu Tejo". Tapi si ibu B tak terima. "Kamu itu yang "Bu Tejo"," kata si Ibu B kepada si ibu A.

Pusing apa tidak kalau seperti itu? Lebih kasihan lagi kalau ada istri yang nama suaminya Tejo, Gegara sebutan "Bu Tejo" sudah dilabeli buruk, dia jadi ngga enak sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline